3 Makam di Laweyan Solo yang Jadi Saksi Bisu Sejarah Islam dan Batik

Terdapat tiga makam tokoh penting Laweyan yang sekaligus menjadi saksi bisu perkembangan agama Islam dan budaya batik.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 19 Sep 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2023, 00:00 WIB
Ilustrasi makam
Ilustrasi makam (Sumber: Ilustrasi Makam via India Times)

Liputan6.com, Solo - Berbicara tentang sejarah dan budaya di Kota Solo tak akan ada habisnya. Salah satu kawasan yang penuh jejak sejarah adalah Laweyan atau yang juga dikenal sebagai Kampung Batik Laweyan.

Mengutip dari surakarta.go.id, terdapat tiga makam  tokoh penting Laweyan yang sekaligus menjadi saksi bisu perkembangan agama Islam dan budaya batik. Ketiga makam tersebut adalah makam Ki Ageng Henis, Ki Ageng Beluk, dan keturunan Brawijaya V.

1. Ki Ageng Henis

Ki Ageng Henis merupakan sosok pengajar agama Islam dan ahli batik. Kontribusinya cukup besar dalam penyebaran agama Islam di wilayah Laweyan.

Selain mengajarkan agama Islam kepada penduduk setempat, Ki Ageng Henis juga berjasa dalam mengenalkan teknik membatik kepada warga sekitar. Melalui upayanya, seni membatik pun mulai berkembang di Kota Solo.

Makam Ki Ageng Henis terletak di tepi Sungai Jenes, Laweyan. Dahulu, lokasi tersebut sering digunakan sebagai mobilitas perdagangan batik oleh warga sekitar. Pada bagian samping makam, terdapat masjid yang didirikan pada 1546. Konon, masjid tersebut merupakan masjid tertua di Kota Solo.

Menariknya, masjid ini awalnya adalah tempat beribadah agama Hindu. Hingga akhirnya, bangunan tersebut diubah menjadi tempat ibadah bagi umat Islam.

Selain itu, komplek makam Ki Ageng Henis, dikenal sebagai Pasareyandalem Kyai Ageng Henis. Komplek makam tersebut telah berdiri sejak 1745. Terdapat sekitar 4.000 makam tua di kompleks makam tersebut.

Setiap bulan Sura, makam-makam tersebut selalu ramai pengujung. Beberapa di antaranya rela datang pada dini hari untuk berdoa dan menikmati ketenangan.

 

Ki Ageng Beluk

2. Ki Ageng Beluk

Nama Beluk diperoleh Ki Ageng Beluk dari ritual keagamaan umat Hindu, yakni dari asap dupa. Dalam bahasa Jawa, asap dikenal sebagai beluk. 

Pada masa kerajaan Pajang, seorang tokoh Muslim bernama Ki Ageng Henis datang ke daerah ini dan mulai menyebarkan ajaran agama Islam. Ki Ageng Beluk kemudian memutuskan untuk mengikuti ajaran Islam yang diperkenalkan oleh Ki Ageng Henis.

3. Keturunan Brawijaya V

Selain makam Ki Ageng Henis dan Ki Ageng Beluk, di Kawasan Laweyan juga terdapat makam keturunan Brawijaya V. Brawijaya V adalah raja terakhir dari Kerajaan Majapahit. Keberadaan makam ini menjadi pengingat akan kejayaan Majapahit yang pernah menguasai wilayah ini.

(Resla Aknaita Chak)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya