Liputan6.com, Jakarta - Social commerce, fenomena baru yang berkembang pesat dalam sektor perdagangan online, telah mengubah cara kita berbelanja dan berinteraksi dengan produk dan merek. Meski begitu, pemerintah kerap mengkhawatirkan dampaknya pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sebelumnya menyatakan bahwa media sosial dan e-commerce tidak boleh beroperasi secara bersamaan dan berencana meresmikan perubahan ini melalui revisi Permendag Nomor 50 Tahun 2020.
Meskipun kontroversial, social commerce telah memberikan manfaat bagi banyak orang. Berbeda dengan e-commerce konvensional, social commerce menggabungkan aspek sosial dan perdagangan, menciptakan pengalaman berbelanja yang lebih personal bagi pembeli, menghubungkan penjual dengan pembeli, dan memberi peluang pada berbagai latar belakang untuk mencari pendapatan tambahan.
Advertisement
Salah satu contohnya adalah Lia, seorang ibu rumah tangga berusia 29 tahun, yang menggunakan TikTok untuk mencari pendapatan tambahan melalui program affiliate.
TikTok, sebuah platform hiburan populer, memungkinkan penggunanya mendapatkan penghasilan tambahan melalui program afiliasi di TikTok Shop. Lia sebelumnya fokus menjadi ibu rumah tangga dan mengurus keluarganya.
Namun, ketika dia menemukan informasi tentang program afiliasi TikTok, dia tertarik untuk bergabung. Sekarang, dalam waktu luangnya, Lia mempromosikan berbagai produk home living, mulai dari peralatan memasak hingga peralatan elektronik portabel.
"Program afiliasi TikTok menjadi sumber pendapatan saya. Setiap kali ada waktu kosong, saya langsung live streaming untuk berjualan. Kadang-kadang saya dibantu oleh adik saya sebagai co-host. Enaknya lagi, saya bisa menentukan sendiri waktu kapan mau live streaming," ujarnya.
Mayoritas penonton live streaming produk-produk Lia adalah ibu-ibu rumah tangga sebaya, mahasiswa, dan pekerja yang tinggal sendiri dan membutuhkan peralatan home living yang terjangkau.
"Meskipun saya bukan artis, banyak yang menonton live saya. Biasanya mereka menonton karena butuh pilihan produk home living, khususnya dengan harga yang terjangkau," jelasnya.
Ia merasa beruntung menjadi seorang afiliasi TikTok karena penghasilan dari program ini memungkinkannya untuk menyekolahkan anaknya di sekolah yang berkualitas dan membiayai adiknya yang kuliah di perguruan tinggi ternama.
Meski demikian, ia juga berharap agar pemerintah mempertimbangkan dampak rencana mereka terhadap para afiliasi. Menurutnya, banyak pengguna TikTok yang bergantung pada komisi afiliasi sebagai sumber utama penghasilan mereka.
"Kami sudah beberapa kali berdiskusi dengan teman-teman afiliasi terkait isu ini, dan saya rasa pemerintah seharusnya melihat kondisi para afiliasi dan penjual lainnya sebelum membuat keputusan," sebutnya.
Ia menambahkan banyak anggota komunitas TikTok yang mengandalkan TikTok Shop sebagai penghasilan utama mereka, dan keputusan ini akan merugikan secara finansial bagi mereka.
Â
Â