Tradisi Jathilan di Yogyakarta, Ini Alasannya Dipercaya Dapat Mengusir Roh Jahat

Selain di Yogyakarta, jathilan juga berkembang hingga ke Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Masing-masing daerah tersebut juga memiliki gaya khas tersendiri dalam menampilkan jathilan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 21 Sep 2023, 00:00 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2023, 00:00 WIB
Tarian Kuda Lumping Meriahkan HUT ke-74 RI di Istana Merdeka
Ratusan Penari menyuguhkan pementasan tarian kuda lumping selama HUT ke-74 RI di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8/2019). Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa yang menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. (Liputan6.com/Lizsa)

Liputan6.com, Yogyakarta - Berbagai kesenian tradisional berkembang di Yogyakarta, salah satunya jathilan. Jathilan merupakan sebuah seni pertunjukan yang cukup populer di Yogyakarta.

Selain di Yogyakarta, jathilan juga berkembang hingga ke Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Masing-masing daerah tersebut juga memiliki gaya khas tersendiri dalam menampilkan jathilan.

Mengutip dari kebudayaan.jogjakota.go.id, ciri khas utama jathilan adalah menggunakan properti berupa kuda-kudaan. Kuda ini terbuat dari anyaman bambu.

Seperti seni pertunjukan pada umumnya, jathilan juga diiringi oleh musik pengiring. Kesenian ini juga ditampilkan oleh beberapa orang penari. Tak hanya tarian, jathilan juga menawarkan sisi eksotis yang mampu memikat penonton melalui atraksi kuda, tarian, iringan musik, hingga adegan kesurupan.

Jathilan yang menggunakan properti kuda dari anyaman bambu diyakini menghadirkan totem berupa kuda yang disebut Sang Hyang Jaran. Jaran yang dalam bahasa Jawa berarti kuda ini menjadi unsur yang menarik dalam sebuah tarian, sehingga berkembang menjadi jathilan.

Konon, sebelum agama Hindu masuk ke pulau Jawa, masyarakat telah mengenal berbagai bentuk ritual. Ritual-ritual tersebut merupakan bentuk kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan di luar diri manusia, termasuk bentuk-bentuk binatang totem yang dihadirkan dalam sebuah pertunjukan.

Bagi masyarakat yang percaya, kekuatan roh binatang tersebut dipercaya dapat mengusir kekuatan-kekuatan jahat. Totem kuda dipandang sebagai kekuatan yang dapat mengusir roh jahat, sehingga dapat melindungi desa dari berbagai bencana.

Kehadiran jathilan tak hanya sebagai ritual. Dalam penyajiannya, terdapat perubahan bentuk dan gaya yang mengutamakan kreasi, sehingga jathilan pun berkembang mejadi aspek pertunjukan.

Sementara itu, jathilan di Yogyakarta memiliki ciri khusus dan berbeda di setiap daerah. Jathilan di Kota Yogyakarta dikemas mengikuti perkembangan zaman.

Sementara di Bantul, kekuatan penyajian jathilan terletak pada intensitas penghayatan di balik tampilan yang sederhana. Jathilan di Bantul juga masih banyak yang memegang pakem jathilan dan mementingkan fungsi ritual.

Berbeda lagi dengan di Gunungkidul yang mementaskan jathilan sebagai aspek pengolahan gerak yang dibawakan penari putri. Jathilan yang dibawakan oleh penari putri ini biasanya tidak terikat pada pakem dan cerita tertentu.

Lain halnya Kabupaten Kulon Progo yang memiliki jenis jathilan khas yang disebut incling. Jathilan ini diiringi musik khas yang menyerupai angklung, yakni krumpyung.

Hingga kini, jathilan telah berkembang sebagai kesenian rakyat yang menghibur. Meski demikian, kehadiran roh sebagai bentuk kepercayaan masyarakat yang bersifat animisme masih tetap dipertahankan.

 

Penulis: Resla Aknaita Chak

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya