Berburu Stroberi Hutan yang Segar di Tanah Leluhur Pinogu Gorontalo

Mulai dari pekarangan rumah, hingga di kebun-kebun warga. Tanah Pinogu yang subur hingga cuaca yang tidak begitu panas, membuat tumbuhan dengan nama latin Fragaria ini, bisa tumbuh tanpa ada campur tangan manusia.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 06 Nov 2023, 06:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2023, 06:00 WIB
Buah Aberi
Tanah Pinogu yang subur hingga cuaca yang tidak begitu panas, membuat tumbuhan aberi atau stroberi hutan bisa tumbuh tanpa ada campur tangan manusia. IG: @ayyuabdullah_9314 (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com).

Liputan6.com, Gorontalo - Bagaikan miniatur surga yang ada di bumi, Kecamatan Pinogu menyimpan kekayaan alam yang luar biasa. Kecamatan paling timur Provinsi Gorontalo ini selalu menyuguhkan pesona alam yang tiada habisnya. 

Salah satunya adalah tanaman arbei atau biasa disebut dengan stroberi hutan. Bagi warga masyarakat Pinogu, arbei hanya sebuah tanaman liar yang biasa tumbuh di tanah Pinogu.

Mulai dari pekarangan rumah, hingga di kebun-kebun warga. Tanah Pinogu yang subur hingga cuaca yang tidak begitu panas, membuat tumbuhan dengan nama latin Fragaria ini, bisa tumbuh tanpa ada campur tangan manusia.

Tidak hanya itu, lokasi Kecamatan Pinogu yang berada di tengah Hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW). Dataran tinggi, 1.000 mdpl dengan suhu 17-20°C menjadikan stroberi hutan mudah untuk ditemukan.

Seperti stroberi pada umumnya, buah ini memiliki ciri-ciri, buah matang merah menyala. Memiliki ukuran sebesar telur puyuh membuat buah ini sangat mirip stroberi mini. 

Tak sulit untuk menemukan arbei di balik hijaunya semak-semak belukar. Jika anda beruntung, dalam sekali berburu dapat membawa pulang buah arbei yang banyak.

"Buah arbei sama dengan stroberi pada umumnya. Mulai dari daun, batang hingga buahnya. Yang membedakan hanya buahnya yang agak kecil," kata Robin salah satu warga pinogu.

"Untuk aromanya sama, hanya saja rasanya aberi memiliki sedikit rasa asam," katanya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Obat Penyakit

aberi Hutan
Tanah Pinogu yang subur hingga cuaca yang tidak begitu panas, membuat tumbuhan aberi atau stroberi hutan bisa tumbuh tanpa ada campur tangan manusia. IG: @ayyuabdullah_9314 (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com).

Nama lain Aberi adalah beberetan atau Rubus fraxinifolius. Tanaman ini bisa ditemukan di seluruh Indonesia, kecuali Sumatera. Tinggi pohon ini bisa sampai tiga metar. 

Batang halus, berduri jarang, panjang duri sampai 6 mm dengan  daun yang menyirip. Buahnya bulat lonjong atau menyerupai bentuk jantung. 

Banyak orang yang tidak menyangka jika manfaat buah Arbei hutan ini adalah untuk obat sariawan karena kandungan vitamin C. Caranya dengan mengambil 10 biji buah Arbei hutan lalu di makan

Bisa juga daunnya dimanfaatkan sebagai obat diare, dan akar Arbei hutan bisa dijadikan obat wasir atau ambeien. Bahkan masih banyak sekali manfaat buah Arbei hutan yang belum diketahui masyarakat lokal.

Pinogu Tanah leluhur

Pinogu merupakan sebuah kecamatan terluas di Kabupaten Bonebol. Kecamatan ini merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Suwawa. Pada masa silam di Kecamatan Pinogu berdiri Kesultanan Suwawa pada 500 tahun yang lalu.

Selain dikenal dengan tanah leluhur, Pinogu juga terkenal dengan kopi pinogu yang khas. Selain komoditi kopi yang berlimpah, komoditi lain seperti beras dan jagung organik juga dihasilkan dari kawasan ini.

Untuk pergi ke Pinogu terdapat dua alternatif transportasi ke daerah itu. Berjalan kaki dan menyewa jasa ojek dengan motor yang sudah dimodifikasi khusus. Sementara kendaraan roda empat sama sekali tak bisa melintas.

Jika ingin berjalan kaki ke Pinogu, dibutuhkan waktu selama 8 jam dengan melintasi belantara hutan. Waktu tempuh bisa lebih lama jika pejalan kaki banyak beristirahat selama perjalanan.

Sementara untuk naik ojek, transportasi alternatif satu-satunya bila ingin tiba lebih cepat ke Pinogu. Namun, tarif sewa ojek tersebut terbilang cukup mahal.

Sulitnya medan yang harus ditempuh membuat ongkos ojek mencapai Rp 700 ribu hingga Rp800 ribu untuk biaya pulang pergi. Tentu kondisi ini sudah dirasakan warga Kecamatan Pinogu selama puluhan tahun.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya