Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran perpustakaan menjadi penting dalam membangun masyarakat yang mandiri, sejahtera, dan religius seperti yang menjadi cita-cita Pemkab Serdang Bedagai.
Baca Juga
"Perpustakaan pusat transformasi yang mampu mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat," kata Bupati Serdang Bedagai Darma Wijaya saat membuka talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), Senin (20/11/2023).
Advertisement
Darma Wijaya juga mengatakan, perpus juga menjadi pusat pembelajaran dan pengetahuan yang dapat membuka pintu menuju masa depan yang lebih baik.
Transformasi perpustakaan menjadi tidak hanya melibatkan perubahan fisik bangunan, tetapi juga perubahan dalam layanan dan peran perpustakaan dalam mendukung masyarakat yang mandiri, terampil, asri, dan berkualitas.
"Ayo jadikan perpustakaan sebagai pusat komunitas. Tempat di mana setiap warga mudah mengakses sumber daya pengetahuan dan informasi yang mereka butuhkan untuk mengembangkan diri," kata Darma.
Literasi tidak hanya membuka jendela ke dunia luar, tetapi juga merupakan kunci utama menuju kesejahteraan individu dan komunitas. Pemerintah secara khusus mendorong institusi perpustakaan yang terampil dan mampu memanfaatkan teknologi informasi, sehingga menjadi lebih efisien dalam menyediakan layanan dan dapat menciptakan program-program inovatif yang menarik bagi berbagai kelompok usia.
"Perpustakaan adalah aset budaya dan lingkungan yang mendukung proses pembelajaran dan membaca," tambah Darma.
Pada kesempatan serupa, Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Mariana Ginting menjelaskan di era informasi yang massif, perpustakaan telah membuka akses seluas-luasnya pengetahuan kepada masyarakat, salah satunya lewat program TPBIS.
Program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) mendorong perpustakaan sebagai sarana reproduksi pengetahuan ke dalam aksi nyata yang mensejahterakan.
"Implementasi program TPBIS dilakukan melalui tiga strategi utama, yaitu peningkatan layanan informasi, pelibatan masyarakat, dan advokasi. Di samping manfaat keberlanjutan melalui replikasi mandiri yang bisa diikuti seluruh daerah," kata Mariana.
Perpustakaan, tambah Mariana, baik di tingkat pusat sampai desa telah berkembang menjadi institusi yang memfasilitasi tempat bagi masyarakat dan para stakeholder untuk dapat berdiskusi, berkolaborasi dan tumbuh.
"Kecerdasan bangsa perlu ditumbuhsuburkan dengan menebar benih kegemaran membaca dan penguatan budaya literasi, sehingga mampu mengantar Indonesia menjadi negara hebat, maju, dan sejahtera," jelasnya.
Pada sesi talkshow, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumut Dwi Endah Purwanti menjelaskan dengan jumlah penduduk tertinggi ke-4 di Indonesia, kegiatan menumbuhkan literasi di sini memiliki tantangan tersendiri.
"Kami menggandeng BUMN daerah, media massa publik, dan puluhan pegiat literasi serta komunitas literasi daerah untuk berkegiatan dan meningkatkan literasi," kata Dwi.
Namun, untuk Kabupaten Serdang Bedagai, peningkatan literasi justru dilakukan satunya dilakukan dengan membuka coaching clinic (pelatihan) untuk akreditasi perpustakaan. Pegiat Literasi dari Perpustakaan Desa Rambung Sialang Tengah, Samidi, mengaku sejak 2018 telah menjadi mitra Perpusnas melalui program TPBIS.
Nah, sejak itu perpustakaan desa yang ia komandoi mengembangkan perpustakaan berpedoman pada tiga strategi, antara lain melalui peningkatan kualitas layanan informasi, memfasilitasi kegiatan yang menjadi kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup, serta melakukan advokasi kepada pimpinan daerah, stakeholder terkait, dan juga sektor swasta untuk mendapatkan dukungan kebijakan dan anggaran untuk keberlanjutan transformasi perpustakaan.
"Program TPBIS yang kami laksanakan telah berhasil membina dan membimbing masyarakat untuk dapat menciptakan lapangan usaha dan lapangan pekerjaan baru," jelas Samidi.
Menyasar Satuan Pendidikan
Pandangan lain justru disuarakan akademisi Ari Gunawan yang berkeinginan program transformasi perpustakaan juga menyasar pada satuan pendidikan. Harus diakui kebiasaan membaca siswa masih kurang massif karena budayanya belum mengakar kuat. Oleh karena itu perlu strategi dalam berkegiatan literasi sesuai dengan kelasnya.
"Ambil contoh, pembagian kategori Read Aloud sesuai kelas. Kelas rendah dapat menerapkan read aloud oleh guru-gurunya, dan kelas tinggi dapat menerapkan read along (membaca bersama-sama), memahami gaya belajar anak-anak, setelah mengetahui gaya belajarnya, baru menerapkan metode gemar membaca yang sesuai dengan anak," pungkas Ari.
Di sela-sela kegiatan talkshow, turut dilakukan penandatanganan kerja sama pembinaan perpustakaan melalui aksesibilitas pengetahuan melalui mobil perpustakaan keliling (MPK) kepada SMKN 1 Teluk Mengkudu, SMPN 2 Perbaungan, serta penyerahan sertifikat akreditasi perpustakaan kepada Perpustakaan Desa Rambung Sialang Hulu, Perpustakaan Rambung Sialang Tengah, SMAN 1 Perbaungan, SMAN 1 Sei Rampah, SMPN 1 Pantai Cermin, SMPN 1 Pegajahan, SDN 106206 Sidodadi.
Advertisement