Liputan6.com, Gorontalo - Pemerintah Provinsi Gorontalo hingga kini terus melakukan usaha pengobatan bagi para pengidap penyakit HIV/AIDS. Dinkes setempat juga tengah gencar melakukan tracking bagi para pengidap penyakit Human Immunodeficiency Virus itu.
Saat ini para pengidap HIV/AIDS di Provinsi Gorontalo memiliki jumlah yang fantastis. Bahkan, jumlah itu setiap tahunnya terus mengalami peningkatan.
Advertisement
Baca Juga
Data dinkes mengungkap, peningkatan jumlah penyakit HIV/AIDS di Gorontalo didominasi laki-laki milenial. Di antaranya yakni di usia 15 sampai 49 tahun.
Tahun 2023, Dinkes Provinsi Gorontalo merilis hampir seribu orang terpapar HIV/AIDS. Jika dirincikan, ada sekitar 937 kasus yang mengidap HIV/AIDS.
Jumlah ini dikatakan meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2022, penderita penyakit menular itu hanya ada 754 orang, itu artinya setiap tahun penderita penyakit menular itu terus meningkat.
Asisten l Bidang Pemerintahan Setda Provinsi Gorontalo, Syukri J. Botutihe mengajak seluruh masyarakat untuk peduli terhadap penanggulangan AIDS di Provinsi Gorontalo.
Menurut Syukri, persoalan AIDS menjadi tanggung jawab oleh seluruh komponen bangsa termasuk di Gorontalo. Hal ini menjadi sangat penting untuk disikapi karena berdasarkan target program pemerintah di tahun 2030 Indonesia bebas dari HIV-AIDS.
“Jadi saya kira ini tidak sekedar cita-cita, ini harus kita lakukan bersama, menjadi tanggung jawab bersama bukan saja komunitas yang kita dahulukan, tapi itu tanggung jawab kita semua,” kata Syukri.
Dirinya mengakui, sampai dengan tahun 2023 tercatat hampir 1000 orang yang mengidap HIV/AIDS di tanah serambi madinah. Lebih mengkhawatirkan lagi jumlah tersebut adalah yang nampak dipermukaan, artinya masih ada bahkan bisa jadi lebih kasus HIV-AIDS namun tidak terdeteksi.
“Data yang tercatat yang bisa kita tangkap, kita bisa catat khusus di Provinsi Gorontalo itu hampir 1000 orang ya yang mengidap HIV/Aids,” ungkap Syukri.
Simak juga video pilihan berikut:
Malu Terpapar HIV-AIDS
Jumlah kasus HIV/Aids yang terlihat saat ini menurut Sukri sama dengan fenomena gunung es, tetapi kenyataannya di masyarakat masih banyak yang tidak terlaporkan. Hal ini dikarenakan, orang-orang yang berisiko tersebut merasa malu karena takut dianggap sebagai aib.
Kenyataan ini yang perlu disikapi bersama, menurut mantan Sekda Kabupaten Bone Bolango bahwa kekhawatiran itu perlu ada tapi bukan berarti harus disikapi berlebihan. Perlu ada tindakan-tindakan yang provokatif dalam penanggulangan HIV-AIDS.
“Nah oleh sebab itu mari kita sama-sama dorong dan kita bangun komitmen bersama untuk mengatasi masalah HIV-AIDS," ia menandaskan.
Advertisement