Liputan6.com, Jakarta - Generasi Perintis bikin gebrakan di usianya yang baru seumur jagung. Mereka telah sukses membuat gerakan dalam bentuk diskusi pemuda di 25 kota di seluruh Indonesia.
Pencapaian hebat ini dibukukan Generasi Perintis hanya dalam waktu 40 hari setelah pertama kali diluncurkan pada 15 November 2023.
Diskusi pemuda yang diinisiasi oleh Generasi Perintis ini mengusung tagline #GuePerintis, #KitaPerintis, #BukanPewaris.
Advertisement
Penyelenggaraan diskusi ini berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lokal di kota yang didatangi dan melibatkan tokoh muda lokal yang sejalan dengan nilai-nilai perintis.
Baca Juga
Salah satu isu yang selalu diangkat pada saat diskusi adalah permasalahan privilege (hak istimewa) dan non privilege yang dialami oleh kaum muda serta hambatan struktural yang seringkali dihadapi oleh kalangan yang tidak memiliki privilege.
“Fenomena privilege dan non privilege ini memang menjadi keresahan di kalangan perintis muda,” ujar co-founder Generasi Perintis, Muhammad Syaeful Mujab, di Jakarta, pada Rabu, 27 Desember 2023.
Salah satu keresahan itu diawali oleh majunya Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres RI di Pilpres 2024. Anak presiden yang akan habis masa jabatannya mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden telah mencederai semangat para perintis.
Generasi Perintis muncul sebagai sarana berjejaring pemuda Indonesia, untuk mendukung satu sama lain. Pemuda Indonesia tidak perlu takut merintis walau bukan siapa-siapa.
“Bung Karno dan Bung Hatta dahulu bukan siapa-siapa. Demi tujuan Indonesia merdeka, mereka merintis dan tidak takut dengan penjajah Belanda,” ucap Mujab yang sejatinya bisa dijadikan sebagai sosok inspirastif Generasi Perintis.
Perlu diketahui, keluarga Mujab adalah penerima bantuan langsung tunai (BLT) di mana ibunya harus mencari nafkah usai bercerai dengan ayahnya sejak ia berumur 4 tahun. Sejak SMP, Mujab diasuh neneknya karena ibunya harus merantau jadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.
Mujab juga menerima bantuan pendidikan sejak SD, serta beasiswa Bidikmisi dan Rumah Kepemimpinan saat kuliah dan hingga menyelesaikan pendidikan S1 di FISIP Universitas Indonesia (UI).
Setelah lulus dari UI, pria asal Tegal, Jawa Tengah ini melanjutkan kuliah Magister (S2) Development Studies di London School of Economics and Political Science (LSE), London, Inggris, hingga lulus, berbekal beasiswa LPDP usai merebut gelar Abang Jakarta 2018.
Di sisi lain, Mujab menegaskan bahwa Generasi Perintis mencoba mencari solusi dengan mengangkat pertanyaan, bagaimana sebaiknya agar aspirasi generasi muda selaku kaum non privilege bisa tersampaikan. Hal inilah yang menurut Mujab menjadi daya tarik diskusi.
Dari keseluruhan diskusi di 25 kota, tercatat sekurangnya 1300 peserta telah mengikuti kegiatan aktivasi darat yang diinisiasi oleh Generasi Perintis.
Tercatat diskusi pemuda yang dinisiasi Generasi Perintis ini, telah dilaksanakan di Bandung, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Sumedang, Karawang, Indramayu, Bekasi, Majalengka, Semarang, Solo, Tegal, Blora, Rembang, Jepara, Demak, Surabaya, Bangkalan, Gresik, Malang, Tuban, Lamongan, Bojonegoro, Ngawi, dan Madiun.
Ada pun kegiatan aktivasi darat yang dilakukan oleh Generasi Perintis tersebut bertujuan untuk membaca secara utuh karakter generasi muda Indonesia sekaligus menjadi forum berjejaring generasi muda setempat.
Founder dan CEO Blora Gens, Yetty Novita Ekasari, mengatakan dirinya memiliki visi yang sama dengan Generasi Perintis, hingga memunculkan kolaborasi antara kedua komunitas yang bergerak di bidang pendidikan serta pengembangan sumber daya manusia khususnya pemuda Indonesia.
“Saya juga seorang perintis, melangkah dari nol. Ada rasa takut saat memulai, tapi sebagai pemuda kita harus tahu cara menjaganya untuk mencapai tujuan, karena perjalanan panjang, ada ujian, ada hambatan, membutuhkan energi dan upaya. Modalnya adalah terus berjuang, keberanian, tekad, kegigihan,” kata Vita saat dihubungi.