Liputan6.com, Jakarta Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) telah menjadi penyelamat ekonomi bangsa di berbagai krisis ekonomi. Namun, UMKM membutuhkan inovasi terus menerus untuk bertahan menghadapi berbagai tantangan kekinian termasuk saat pandemi Covid-19.
Salah satu UMKM yang berhasil melalui 'badai' pandemi adalah Oelek. Bisnis UMKM ini mengangkat makanan pedas yang berasal dari olahan sambal. Uniknya, produk masakan rumahan ini dikemas dalam packaging yang menarik.
Advertisement
Berawal dari tumbangnya usaha restoran keluarga di awal pandemi, Carel Setiawan pun berinisiatif menyelamatkan bisnis keluarga. Berbagai jenis usaha makanan pun ia coba, salah satunya siomay yang dijual melalui marketplace Tokopedia.
Advertisement
Baca Juga
“Akhirnya kami mencoba jualan sambal dan ternyata hasil penjualannya bagus. Bisnis sambal yang dijuluki ‘Oelek’ akhirnya ditekuni secara online sejak tahun 2021,” jelas Pemilik Usaha Oelek Carel Setiawan.
Semula Oelek hanya menjual produk sambal teri, sambal kecombrang, dan sambal teri. Namun seiring berjalannya waktu Oelek kian bersemangat untuk inovasi agar terlihat berbeda. Akhirnya, pada awal 2022, Oelek menghadirkan lebih banyak varian sambal.
"Mulai dari sambal cumi, sambal ayam suwir dan sambal se’i sapi. Kami pun membuat tagline ‘Lauk Disambelin, Bukan Sambel Dilaukin’ karena kami ingin memastikan pembeli bisa mendapatkan potongan besar lauk dalam satu porsi sambal,” jelas Carel.
Tambahan varian sambal ini membuat Oelek menggandeng pelaku usaha hingga 15 orang. Adapun bahan baku sambal Oelek didapat langsung dari beberapa pelaku usaha di pasar tradisional.
Tak hanya mengolah berbagai varian produk, Oelek juga menekuni proses pengolahan yang lebih canggih agar produk sambal lebih tahan lama. Misalnya, Carel memanfaatkan proses pasteurisasi untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan mikroba, agar sambal Oelek bisa tahan 3 bulan. Carel pun mulai menggunakan proses sterilisasi sehingga sambal Oelek bisa tahan hingga satu tahun.
Dari Sales Jadi Penjual Makanan Pedas
Tidak hanya Oelek, UMKM Mr Crispy juga mencari peruntungan di sektor makanan pedas. Meski tidak bermodal pengetahuan seputar dunia bisnis kuliner, pemilik usaha Mr Crispy Andrianto Sunggoro nekat terjun membangun restoran ayam geprek pada tahun 2016 silam.
Meski awalnya berkarier sebagai sales perabotan rumah tangga, Andrianto pun menantang dirinya dengan hal baru. "Saat pandemi datang, usaha restoran ayam geprek saya terpaksa tutup. Saat itu, saya pun tidak paham cara menggunakan platform online. Akhirnya saya mencoba ‘menghidupkan’ kembali Mr Crispy dengan berjualan sambal secara online, salah satunya di Tokopedia, yang ternyata sangat diminati oleh masyarakat,” ujar Andrianto Sunggoro, pemilik usaha Mr Crispy.
Tak heran, meski seluruh cabang restoran Mr Crispy terpaksa tutup, ia tidak khawatir karena telah bermigrasi ke penjualan online. Bahkan, omzet bulanan melalui marketplace Tokopedia bisa mencapai ratusan juta rupiah. "Kenaikan omzet saat ini dari keseluruhan penjualan online mencapai 10 kali lipat dibandingkan sebelum pandemi lalu,” ungkap Andrianto.
Dalam memproduksi berbagai varian Mr Crispy, Andrianto bekerja sama dengan sejumlah penjual cabai dan bawang dari pasar tradisional di DKI Jakarta. Andrianto juga terus menghadirkan berbagai varian rasa Mr Crispy yang menjadi pilihan masyarakat. Misalnya, sambal cumi dan lauk cepat saji menjadi beberapa produk paling laris Mr Crispy di Tokopedia.
“Kampanye Beli Lokal pada 12.12 tahun 2023 yang digencarkan Tokopedia bersama TikTok juga sangat berpengaruh secara positif bagi penjualan Mr Crispy. Omzet Mr Crispy melejit hingga Rp300 juta lewat Tokopedia dan TikTok saat Harbolnas 2023 lalu,” tutup Andrianto.
Advertisement
Tren Makanan Pedas
Industri makanan memiliki peran yang besar dalam ekonomi Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal III 2023, industri makanan dan minuman tumbuh 3,28% dibandingkan kuartal III 2022.
Di sisi lain, makanan pedas merupakan salah satu bagian dari kehidupan banyak masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Indonesia sendiri yang dikenal karena kekayaan dan keanekaragaman rempah-rempahnya, salah satunya cabai sebagai bumbu makanan.
“Salah satu contoh inisiatif kami untuk para UMKM lokal makanan dan minuman adalah Tokopedia NYAM!, di mana masyarakat bisa menemukan berbagai produk makanan, termasuk makanan pedas dan sejenisnya, dari berbagai wilayah di Indonesia,” jelas Revie dalam rangka merayakan Hari Makanan Pedas Sedunia 2024.
Sepanjang 2023 (data periode Januari-September 2023 dibandingkan Januari-September 2022), Tokopedia mencatat tren belanja online yang menarik seputar makanan pedas. “Tokopedia melihat penjualan berbagai produk makanan pedas termasuk sambal seperti sambal bawang, sambal terasi hingga sambal cumi, mengalami rata-rata kenaikan lebih dari 4 kali lipat sepanjang 2023 dibandingkan 2022,” ujar Revie.
Selain itu, Tokopedia mencatat Papua Barat sebagai salah satu daerah dengan kenaikan tertinggi untuk pembelian makanan pedas melalui Tokopedia, yaitu dengan peningkatan lebih dari 10 lipat sepanjang 2023 dibandingkan periode yang sama di 2022.