Liputan6.com, Bandung - Hari Epilepsi Internasional atau International Epilepsy Day merupakan peringatan yang diperingati setiap tanggal 12 Februari setiap tahunnya. Peringatan ini mempunyai tujuan penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang epilepsi.
Melansir dari Kemenkes Epilepsi atau dikenal juga dengan sebutan ayan adalah penyakit yang terjadi karena adanya gangguan pada sistem saraf pusat (neurologis) yang menyebabkan kejang atau terkadang kehilangan kesadaran.
Baca Juga
Seseorang yang mengidap penyakit epilepsi bisa mengalami kejang lebih dari sekali atau berulang-ulang dalam waktu yang sama atau waktu yang berbeda. Penyakit epilepsi merupakan penyakit yang umum terjadi dan dapat menyerang dari segala usia.
Advertisement
Pentingnya dilaksanakan peringatan ini tentu untuk membuka pandangan masyarakat ketika ada seseorang yang mengalami epilepsi. Agar masyarakat terhindar dari kesalahpahaman serta meningkatkan pengetahuan serta dukungan bagi penderita epilepsi.
Sementara itu melansir dari situs National Today peringatan Hari Epilepsi Internasional diadakan untuk mendidik masyarakat umum tentang epilepsi. Serta mengajari masyarakat terkait bagaimana memberikan perawatan yang lebih baik kepada orang yang memiliki epilepsi.
Sebagai informasi epilepsi termasuk penyakit tertua yang telah tercatat sejak abad ke-10 SM. Catatan rinci tertua tentang epilepsi ditemukan dalam teks medis paku Babilonia yang disebut “Sakikku”.
Pada zaman dahulu, penyakit epilepsi kerap dianggap sebagai sesuatu yang bersifat spiritual. Namun, Hippocrates menegaskan jika epilepsi merupakan masalah yang hanya bisa diobati secara medis dan berasal dari otak.
Sejarah Hari Epilepsi Internasional
Mengutip dari National Today Hari Epilepsi Internasional adalah gagasan dari Biro Internasional untuk Epilepsi dan Liga Internasional Melawan Epilepsi. Hampir setiap tahun sebuah tema dipilih untuk memperingati hari tersebut.
Berdasarkan sejarah epilepsi adalah kondisi medis tertua yang diketahui di dunia dan mempunyai catatan sejarah yang tercatat sejak awal. Kala itu, epilepsi dinilai sebagai kondisi spiritual.
Kemudian di tahun 2000 SM teks kuno Mesopotamia menggambarkan seseorang yang menjalani pengusiran setan di bawah pengaruh dewa bulan. Orang Babilonia kuno menghubungkan penyitaan dengan kerasukan roh jahat.
Sementara itu, orang Yunani Kuno juga menganggap epilepsi sebagai kerasukan spiritual dan mengaitkannya dengan kejeniusan dan campur tangan ilahi. Stigma seseorang yang terkena epilepsi juga sudah terjadi di Roma kuno.
Kala itu, orang-orang tidak makan atau minum menggunakan piring atau gelas yang sama dengan para penderita epilepsi.
Advertisement
Apa Penyebab Epilepsi?
Melansir dari Kemenkes epilepsi berdasarkan penyebabnya terbagi dalam dua jenis seperti berikut:
1. Epilepsi Idiopatik
Epilepsi Idiopatik atau disebut juga sebagai epilepsi primer merupakan jenis epilepsi yang memiliki penyebab tidak diketahui. Sejumlah ahli sendiri menduga jika epilepsi tersebut disebabkan oleh faktor genetik atau keturunan.
2. Epilepsi Simptomatik
Epilepsi Simptomatik atau disebut juga sebagai epilepsi sekunder merupakan jenis epilepsi yang penyebabnya bisa diketahui. Misalnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan epilepsi seperti luka berat di kepala, tumor otak, hingga stroke.
Selain dua penyebab tersebut epilepsi juga bisa terjadi karena beberapa penyebab lainnya. Misalnya, gangguan kekebalan tubuh ketika sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang sel-sel otak atau terkena penyakit autoimun.
Kemudian bisa karena gangguan perkembangan yaitu sebuah kelainan lahir yang menjadi penyebab epilepsi dan terutama pada orang yang kejangnya tidak terkontrol dengan obat anti kejang.
Gejala Epilepsi
Kejang yang terjadi secara berulang merupakan gejala utama dari epilepsi dan karakteristik dari kejang tersebut bisa berbeda-beda tergantung pada bagian otak yang terganggu pertama kali dan jenis kejang epilepsi terbagi menjadi dua seperti berikut ini:
1. Kejang Parsial atau Focal
Otak yang mengalami gangguan hanya sebagians aja dan ada dua jenis kejang parsial yaitu kejang parsial simple ketika pengidapnya tidak kehilangan kesadaran gejalanya dapat berupa anggota tubuh yang menyentang.
Sementara kejang parsial kompleks adalah kejang yang mempengaruhi kesadaran pengidapnya dan membuatnya terlihat seperti bingung atau setengah sadar.
2. Kejang Umum
Kejang umum terjadi pada sekujur tubuh dan disebabkan oleh gangguan yang berdampak kepada seluruh bagian otak. Terdapat beberapa gejala yang bisa terjadi ketika seseorang mengalami kejang umum seperti berikut ini:
- Mata yang terbuka saat kejang.
- Kejang tonik yaitu tubuh yang menjadi kaku selama beberapa detik.
- Kejang atonik yaitu otot tubuh tiba-tiba menjadi rileks sehingga pengidapnya bisa jatuh tanpa kendali.
- Pengidap epilepsi juga terkadang mengeluarkan suara-suara atau berteriak ketika mengalami kejang.
- Pengidap epilepsi bisa mengalami demam tinggi dan kelelahan akibat panas.
- Mengompol.
- Kesulitan bernafas untuk beberapa saat dan badan terlihat pucat atau bahkan membiru.
- Kejang yang terjadi juga bisa membuat pengidapnya tidak sadarkan diri dan setelah sadar bisa terlihat bingung selama beberapa menit atau jam.
Advertisement