Liputan6.com, Sukabumi - Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Budiman Sudjatmiko klaim pilot project makan siang dan minum susu gratis telah dilaksanakan di salah satu daerah yaitu Kabupaten Sukabumi. Program itu disebutnya melibatkan Badan usaha milik desa (BUMDes), UMKM, hingga koperasi.
Menanggapi pernyataan tersebut, Camat Warungkiara Kabupaten Sukabumi, Pendi Effendi membenarkan adanya kegiatan makan siang gratis di beberapa sekolah yang ada di wilayahnya. Namun, kegiatan itu tidak melibatkan tim kampanye partai politik. Dia menyebut, kegiatan itu diusung oleh salah satu yayasan non-pemerintah atau Non Governmental Organization (NGO).
“Itu yang menggagasnya pak Catur, itu direksi BRI pusat waktu itu dia koordinasinya dengan desa Warungkiara. Jadi ada sebuah yayasan semacam itu NGO, si pimpinan NGO itu temannya Pak Catur dia punya peternakan di Warungkiara,” kata Apendi saat dikonfirmasi, Sabtu (17/2/2024).
Advertisement
Baca Juga
Dia mengatakan, tak ada kabar secara resmi yang diterima pihak desa terkait kegiatan itu. Pihaknya juga sempat mengutus staf kecamatan untuk memastikan kebenaran informasi tersebut. Dalam perjalanannya, pihak desa kemudian menerima permohonan maaf dari yayasan tersebut sebab tak bersurat secara resmi.
“Selanjutnya dia mengakses makanan gratis siang, dengan tidak katanya tidak membawa paslon atau partai bilangnya ke desa ini murni bantuan dari NGO itu bahkan stafnya Pak Catur yang ada di Warungkiara, telat memberitahukan kepada Camat,” ujarnya.
Menurutnya, tak ada yang salah dengan kegiatan sosial. Namun pihaknya mengaku khawatir terhadap peluang adanya efek negatif dari kegiatan tersebut. Meskipun yayasan itu mengklaim telah melibatkan tim ahli gizi dalam penyaluran makanan gratis di sekolah.
Apendi menyebut, kegiatan itu menghabiskan dana sekitar Rp30 juta per harinya yang berlangsung sejak Januari 2024 lalu, dan telah menjangkau belasan sekolah tingkat SMP. Tawaran makan siang gratis itu juga sempat mendapat penolakan dari salah satu SMA di Warungkiara.
“Kata saya yang saya khawatirkan bukan apa-apa. Kalau memberi itu ya terimakasih kepada kami, hanya yang kami sesalkan bagaimana kala terjadi KLB bukan cuman makanan dan sebagainya. Satu sekolah yang menolak waktu itu, SMA Negeri Warungkiara. Ada 16 sekolah, justru SMA mah menolak, cuman SMP aja kayanya, 2 bulan katanya dari Januari Februari,” jelasnya.