Fakta-Fakta Caleg di Kabupaten Subang yang Dianggap Bikin Gaduh Masyarakat

Publik di Kabupaten Subang, masih ramai memperbincangkan ulah seorang caleg yang dianggap melakukan hal tak terpuji di beberapa kampung.

oleh Asep Mulyana diperbarui 27 Feb 2024, 19:16 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2024, 18:56 WIB
Ilustrasi surat suara Pemilu 2024 (Istimewa)
Ilustrasi surat suara Pemilu 2024 (Istimewa)

Liputan6.com, Subang - Publik di Kabupaten Subang, Jawa Barat, saat ini masih ramai memperbincangkan AR seorang calon legislatif (Caleg) yang ikut dalam kontestasi Pemilu 2024 ini.

Pasalnya, Caleg Partai Nasdem itu dianggap telah melakukan aksi tak terpuji dengan menyalakan petasan jumbo di beberapa perkampungan di Kecamatan Patokbeusi.

Menurut informasi yang beredar di tengah masyarakat Dusun Sengon, Desa Tambakjati, Kecamatan Patokbeusi, aksi tak terpuji AR ini dipicu karena dirinya tak terima dengan hasil suaranya yang jeblok dalam Pileg 2024 kemarin.

Sehingga, caleg tersebut melampiaskan kekesalannya dengan melakukan pembongkaran jalan desa, hingga menyalakan petasan jumbo dibeberapa titik jalan perkampungan. Aksi caleg tersebut juga sempat viral, karena videonya tersebar dan jadi perbincangan di media sosial.

Namun, benarkah pria yang pernah menjabat Ketua DPC Demokrat Subang dan juga pernah menduduki jabatan sebagai wakil Ketua DPRD Subang Periode 2014-2019 tersebut berulah tak terpuji seperti itu? Berikut ini fakta-fakta yang dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber.

1. Warga Merasa Geram

Setelah melihat tayangan video yang viral di media sosial terkait ulah caleg tersebut, siapa pun pasti merasa geram. Begitupun dengan warga Dusun Sengon yang menjadi lokasi dari aksi caleg tersebut.

Sejumlah warga di perkampungan itu, mengaku merasa terganggu dengan ulah AR yang disinyalir sengaja menyalakan petasan jumbo. Apalagi, terdengar ada beberapa warga yang jatuh sakit setelah mendengar dentuman petasan yang ia nyalakan.

Bahkan, seorang lansia dikabarkan meninggal dunia akibat serangan jantung setelah mendengar dentuman petasan jumbo yang dinyalakan oleh pria tersebut. Nenek yang meninggal tersebut diketahui bernama Dayeh (60).

Menurut tetangganya, Dayeh meninggal dunia pada Sabtu (24/2/2024) sore setelah sebelumnya dirawat di rumah sakit karena drop setelah mendengar suara petasan di sekitar rumahnya.

Korban diduga memiliki riwayat penyakit jantung dan langsung mengalami penurunan kondisi kesehatannya setelah mendengar suara petasan yang cukup keras dalam beberapa hari ini yang dinyalakan oleh caleg Nasdem tersebut.

"Memang sudah sakit pada awalnya, malam diinfus. Saat malam mendengar suara petasan kaget, besar banget. Dia kaget kemudian drop dan dibawa ke rumah sakit," ujar Daspin, tetangga korban.

2. Nyaris Jadi Bulan-bulanan Massa

Informasi yang beredar lainnya juga menyebutkan jika caleg ini nyaris jadi bulan-bulanan warga akibat aksinya itu. Namun, situasi tersebut bisa diredam setelah jajaran Muspika Patokbeusi turun ke lapangan.

Kapolsek Patokbeusi, AKP Anton Indra Gunawan mengatakan, kondisi di Dusun Sengon saat ini sudah kondusif. Adapun aksi tidak terpuji caleg tersebut yang viral videonya berlangsung akhir pekan lalu.

"Kami Muspika Patokbeusi dan keluarga Caleg tersebut bersama warga Desa Tambakjati yang merasa dirugikan sudah melakukan mediasi dan sepakat tak akan membawanya ke jalur hukum," ujar Kapolsek Patokbeusi AKP Anton Indra Gunawan.

Menurut Anton, kedua belah pihak baik warga maupun keluarga Caleg sepakat tak akan menempuh jalur hukum karena pihak keluarga caleg bersedia mengganti semua kerugian akibat kegaduhan yang dibuat caleg tersebut

"Kedua belah pihak sepakat tidak akan menempuh jalur hukum dengan syarat pihak AR bersedia bertanggung jawab atas perbuatannya yang tidak terpuji karena telah mengganggu ketertiban umum di desa Tambakjati," katanya.

Bahkan, kata dia, pihak keluarga AR juga memohon bantuan kepada pihak TNI-Polri untuk mendata kerugian baik materi maupun non-materi warga Dusun Sengon, Desa Tambakjati akibat kegaduhan yang dibuat oleh dirinya.

"Sampai saat ini kami pihak Muspika masih mendata semua kerugian warga. Setelah data kerugian di dapat, pihak Muspika dan Pemdes Tambakjati akan mengambil langkah lebih lanjut terkait solusi penyelesaian ganti rugi," imbuhnya

Anton juga mengajak seluruh pihak untuk sama-sama menjaga kondusivitas pasca Pemilu 2024 ini. Karena menurutnya, dalam kompetisi apa pun kalah menang sudah biasa.

"Kami imbau caleg yang menang jangan euforia berlebihan, yang kalah jangan bikin kegaduhan yang dapat menyebabkan terganggunya ketentraman dan ketertiban di masyarakat. Mari kita sama-sama jaga kondusivitas dilingkungan kita masing-masing," katanya.

3. AR Bantah Bikin Kegaduhan karena Kalah Pileg

Ahmad Rizal diiketahui merupakan Caleg Partai Nasdem dengan nomor urut 7 untuk daerah pemilihan (Dapil) 4 Subang yang meliputi Kecamatan Ciasem Patokbeusi dan Blanakan. Setelah videonya viral, awak media berhasil memintai keterangan caleg tersebut.

Secara tegas, dia membantah telah membuat kegaduhan akibat kalah nyaleg hingga menyebabkan warga sakit bahkan ada yang meninggal dunia. Bahkan, ia pun tak terima karena dianggap telah menyebar teror kepada masyarakat.

"Yang dinaikan di beberapa media, itu tidak sepenuhnya benar. Pertama tentang meresahkan warga karena merasa diteror. Tanya sama warga di sini, merasa di teror engga Bu?," ujar AR seraya disambut jawaban tidak dari warga sekitar.

Dalam kesempatan itu, dirinya juga meluruskan fakta yang sebenarnya. Pertama, soal menyalakan petasan di sejumlah kampung. Menurut dia, itu merupakan bentuk euforia dari warga atas kemenangan dirinya yang telah memperoleh suara tinggi.

"Menyalakan petasan karena kalah suara, itu tidak benar. Justru ini merupakan bentuk euforia warga yang mengira saya menang. Jadi, tidak ada tuh saya meneror," kata dia yang katanya sudah mengantongi lebih dari 3.000 suara itu.

Dia menegaskan, bentuk euforia warga atas kemenanganannya itu dilakukan di 8 kampung. Jadi, warga yang menyalakan petasan ini bukan hanya di Dusun Sengon saja.

"Kalau memang merasa diteror kenapa warga yang lain minta petasan? Lagian, perayaan kemenangan yang dilakukan warga itu dilakukan di 8 kampung kenapa hanya Dusun Sengon yang bermasalah?" seloroh dia.

Menurut dia, bentuk euforia warga dengan menyalakan petasan merupakan hal lumrah. Mungkin di beberapa daerah pun tradisi tersebut selalu terdengar.

"Yang hajat tidak jadi soal, tahun baru bakar petasan tidak masalah. Kenapa giliran saya dipermasalahkan?" kata dia

Selain soal petasan, AR juga menanggapi kabar mengenai anak bayi yang sakit setelah mendengar suara petasan. Hasil penelusurannya, bayi tersebut awalnya memang keracunan air ketuban versi medis. Adapun merasa kaget dan menangis saat mendengar suara petasan, itu hal yang wajar.

"Bayi tersebut sehat lagi tidak apa-apa. Kaget dan nangis itu hal yang wajar," tambah dia.

Yang membuat dirinya heran, kenapa warga yang diketahu sakit saat buang air kecil saja dipersoalkan dan seolah-olah itu akibat suara petasan. Termasuk yang meninggal dunia, menurutnya, itu bukan karena petasan. Tapi, warga tersebut memang sudah 4 tahun mengalami komplikasi.

Terkait dengan gorong-gorong dan jalan desa seperti yang diisukan oleh warga dibongkar oleh dirinya karena kalah dalam Pileg, ia pun secara tegas membantah. Versi AR, gorong-gorong dengan ketebalan 12 inchi itu justru hendak dibangun ulang. Termasuk jalan desa tersebut.

"Itu bukan pakai dana aspirasi, karena bukan jalan umum tapi jalan buntu. Itu pemasangan gorong-gorong sama jalan buntu. Di lokasi itu, ada yang minta dibantu karena penuh pemilih saya. Tapi saya bencandain, kalau suara jelek saya angkat lagi ya, dan ternyata memang jelek," jelas dia.

Tak hanya jalan dan gorong-gorong, kata dia, rumah warga yang meminta bantuan pembangunan gorong-gorong pun itu dibangun dengan biaya pribadinya.

"Warga ini awalnya bikin emper tanpa sepengetahuan saya dari 2016, ke matrial belum dibayar. Ada anaknya yang mesantren di Pandeglang, setiap bulan minta uangnya ke saya sebesar Rp500.000," lanjut dia seraya menceritakan seorang warga di Dusun Sengon.

Jadi, menurut dia, fakta tersebut jangan diputarbalikkan. Karena, kondisinya tak seperti yang diisukan seperti itu. Intinya, petasan itu hanya inisiatif warga karena menganggap dirinya menang telak. Dengan kata lain, ini bentuk euforia warga pendukungnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya