Harga Beras Gorontalo Termahal Se-Indonesia, DPRD Soroti Langkah Pemerintah

Pemda diminta bergerak cepat dalam mengantisipasi potensi lonjakan harga beras yang terus menerus terjadi di Gorontalo.

oleh Arfandi Ibrahim diperbarui 05 Mar 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2024, 03:00 WIB
20160503-Pasar- Inflasi Masih Terkendali Hingga Juni-Jakarta-Angga Yuniar
Pedagang tengah menata beras dagangannya di Pasar tradisional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Gorontalo - Di tengah kekhawatiran terkait lonjakan harga beras di pasaran menjelang bulan Ramadan, Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Yuriko Kamaru, mendesak pemerintah untuk mengambil langkah-langkah proaktif.

Mereka diminta untuk bergerak cepat dalam mengantisipasi potensi lonjakan harga beras yang terus menerus terjadi. Menurut Yuriko, kenaikan harga beras dapat memberikan dampak signifikan terhadap beban ekonomi masyarakat, khususnya bagi kelompok berpenghasilan rendah.

Anggota Legislatif Partai Nasdem itu bilang, beras merupakan komoditas penting yang menjadi bahan pokok masyarakat Gorontalo. Kenaikan harga yang tajam dan mendadak dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial ekonomi.

"Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah untuk segera mengambil langkah preventif," kata Yuriko.

Dirinya menyarankan beberapa strategi yang bisa diadopsi oleh pemerintah untuk mengendalikan harga beras. Di antaranya adalah meningkatkan stok beras nasional melalui Badan Urusan Logistik (Bulog).

Selain itu, memperkuat kerjasama dengan petani lokal serta dan beberapa kelompok penggilingan padi untuk memastikan pasokan beras tetap stabil.

Selain itu, Anggota Komisi I DPRD ini juga menekankan pentingnya transparansi informasi mengenai stok beras nasional kepada masyarakat.

"Dengan transparansi ini, diharapkan spekulasi di pasar yang bisa memicu kenaikan harga dapat diminimalisir," ujar Yuriko.

Pemerintah memperhatikan distribusi beras yang merata di seluruh wilayah Gorontalo. Terutama di daerah-daerah terpencil dan rentan terhadap fluktuasi harga oleh pengecer. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat mengakses beras dengan harga yang terjangkau.

"Sangat tidak masuk akal, produksi padi dan beras di Gorontalo naik. Tapi kok harganya mahal. Nah, ini yang harus diwaspadai dan dicarikan solusi.

Simak juga video pilihan berikut:

Beras Gorontalo Termahal Se-Indonesia

Yuriko Kamaru
Anggota DPRD Provinsi Gorontalo, Yuriko Kamaru (Arfandi Ibrahim/Liputan6.com)

Menurut data per Senin, 29 Januari 2024, Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional mencatat harga beras rata-rata harian di pasar modern di beberapa provinsi menyentuh angka Rp 15,05 ribu per kilogram.

Secara keseluruhan, rata-rata minggu ini meningkat dibandingkan dengan rata-rata pekan sebelumnya, yang tercatat Rp 14,99 ribu per kilogram.

Dengan harga jual Rp 18.500 per kilogram, harga beras harian di pasar Gorontalo saat ini menjadi yang termahal se-Indonesia.

Harga beras di provinsi ini naik dari 13.050 rupiah per kilogram dibandingkan bulan sebelumnya.

Padahal, Produksi padi di Provinsi Gorontalo sepanjang Januari hingga Desember 2023 mencapai sekitar 251,43 ribu ton GKG, atau mengalami kenaikan sebanyak 11,30 ribu ton GKG (4,70 persen) dibandingkan 2022 yang sebesar 240,13 ribu ton GKG.

Produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi pada bulan Januari, yaitu sebesar 51,71 ribu ton GKG sementara produksi terendah terjadi pada bulan Oktober, yaitu sekitar 6,15 ribu ton GKG (Gambar 2). 

Jika perkembangan produksi padi selama tahun 2023 dilihat menurut Subround, terjadi penurunan produksi padi pada Subround Mei−Agustus 2023, yaitu sebesar 3,40 ribu ton GKG (3,60 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Penurunan produksi padi tersebut disebabkan karena adanya penurunan produktivitas padi pada Subround Mei−Agustus 2023, dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Di sisi lain, peningkatan produksi padi terjadi pada Subround Januari−April 2023 dan Subround September−Desember 2023, yaitu masing-masing sekitar 7,07 ribu ton GKG (7,19 persen) dan 7,63 ribu ton GKG (16,13 persen) dibandingkan periode yang sama pada 2022.

Pada Januari 2024, produksi padi diperkirakan sebesar 7,55 ribu ton GKG, dan potensi produksi padi sepanjang Februari hingga April 2024 mencapai 68,02 ribu ton GKG (Gambar 2).

Dengan demikian, total potensi produksi padi pada Subround Januari−April 2024 diperkirakan mencapai 75,57 ribu ton GKG, atau mengalami penurunan sebesar 29,73 ribu ton GKG (28,24 persen) dibandingkan Subround Januari−April 2023 yang sebesar 105,31 ribu ton GKG.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya