Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, menurut data pantauan per 15 April 2024, aktivitas Gunung Semeru masih tinggi seperti adanya erupsi, awan panas dan guguran lava. Masyarakat pun diimbau mematuhi sejumlah rekomendasi kewaspadaan demi keselamatan.
Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid menyampaikan, aktivitas Gunung Semeru itu jarang teramati secara visual karena terkendala dengan cuaca yang berkabut.
Baca Juga
"Aktivitas Gunung Semeru hingga 15 April 2024 memperlihatkan bahwa aktivitas erupsi, awan panas dan guguran lava masih terjadi," kata Wafid dalam keterangannya dikutip di Bandung, Selasa, 16 April 2024.
Advertisement
Akumulasi material hasil erupsi Gunung Semeru, katanya, berpotensi menjadi guguran lava pijar atau awan panas. Sementara, material guguran lava dan atau awan panas yang sudah terendapkan di sepanjang aliran sungai berpotensi menjadi lahar jika berinteraksi dengan air hujan.
Selain itu, interaksi endapan material guguran lava atau awan panas yang bersuhu tinggi dengan air sungai akan berpotensi terjadinya erupsi sekunder.
"Teramati asap kawah utama berwarna putih dan kelabu dengan intensitas tipis hingga sedang tinggi sekitar 50-300 meter dari puncak. Secara visual, letusan dan guguran lava yang terjadi jarang teramati karena terkendala dengan cuaca yang berkabut dan terkadang terdengar suara gemuruh pada saat terjadi letusan," katanya.
Sementara itu, jumlah dan jenis gempa yang terekam masih didominasi oleh jenis gempa permukaan seperti gempa letusan, gempa hembusan dan gempa guguran.
"Gempa Vulkanik Dalam dan Tremor Harmonik terekam lebih intensif. Gempa yang berasosiasi dengan kejadian lahar beberapa kali terekam," katanya.
Â
Rekomendasi Badan Geologi
Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi, Badan Geologi saat ini menetapkan bahwa tingkat aktivitas Gunung Semeru berada pada Level III (Siaga). Sehubungan dengan tingkat aktivitas tersebut, Badan Geologi menyampaikan sejumlah rekomendasi bagi masyarakat seperti berikut:
(1) Masyarakat/pengunjung/wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusaterupsi). Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
(2) Masyarakat tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
(3) Masyarakat mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Gunung Semeru diketahui merupakan gunungapi aktif dengan kubah lava yang terletak pada ketinggian 3.744,50 m dpl, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.
Berdasarkan data letusan Gunung Semeru tahun 2021, 2022 dan tahun 2023 hingga sekarang, terjadi peningkatan letusan dan kejadian awan panas dengan arah relatif ke tenggara, yaitu ke arah Besuk Kobokan dengan jarak luncur awan panas bervariasi.
Hingga sekarang, erupsi masih terjadi menerus, menghasilkan gas serta material batuan di sekitar kawah/puncak dan sebagian gugur ke arah lereng membentuk endapan yang berpotensi menjadi awan panas guguran jika batas kestabilan telah terlewati. Sejak kejadian Awan Panas pada 28 Maret 2024 pukul 15.18 WIB yang diikuti oleh kejadian lahar, aktivitas Gunung Semeru masih sangat tinggi.
Advertisement