Liputan6.com, Bandung - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan rekomendasi penting kepada negara-negara untuk memasukkan Vaksin Human Papillomavirus (HPV) ke dalam program imunisasi nasional.
Vaksin HPV bertujuan untuk mengurangi risiko terinfeksi kanker leher rahim atau serviks, yang merupakan kanker tertinggi kedua setelah kanker payudara pada perempuan.
Adapun tujuan dari program vaksinasi ini adalah mencapai cakupan sebanyak 90% pada anak perempuan usia 15 tahun di tahun 2030.
Advertisement
Pencapaian ini akan menjadi tonggak penting dalam upaya pencegahan kanker leher rahim, yang merupakan ancaman kesehatan serius pada perempuan.
Baca Juga
Menurut keterangan dr. Merry Dame Cristy Pane dilaman Alo Dokter, vaksin HPV adalah vaksin yang digunakan untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV).
"Di Indonesia, vaksin HPV dapat diberikan kepada perempuan usia 9–55 tahun dan laki-laki usia 19–26 tahun. Terdapat dua jenis vaksin HPV, yaitu bivalen dan tetravalen," jelas Cristy dicuplik Rabu, 5 Juni 2024.
Cristy mengatakan vaksin HPV bivalen bisa memberikan perlindungan terhadap infeksi virus HPV tipe 16 dan 18, sehingga bisa mencegah kanker serviks.
Sedangkan vaksin HPV tetravalen bisa memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe 6, 11, 16, dan 18, sehingga bisa mencegah kanker serviks dan kutil kelamin.
"Vaksin HPV mengandung protein yang dibuat menyerupai virus HPV," sebut Cristy.
Setelah disuntikkan, protein dalam vaksin ini akan bekerja dengan membantu tubuh memproduksi antibodi untuk melawan virus HPV.
Cristy mengingatkan vaksin HPV tidak boleh digunakan sembarangan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menjalani vaksinasi dengan vaksin HPV, yaitu:
1. Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Vaksin HPV tidak boleh diberikan kepada orang yang alergi terhadap setiap kandungan dalam vaksin ini.
2. Beri tahu dokter jika Anda sedang mengalami demam atau mengalami gangguan pembekuan darah.
3. Beri tahu dokter jika Anda memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah akibat HIV, kanker, atau radioterapi.
4. Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
5. Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat, suplemen, atau produk herbal tertentu.
6. Segera temui dokter jika terjadi reaksi alergi setelah menggunakan vaksin HPV.
Di Indonesia, vaksin HPV sudah mulai bisa diberikan kepada anak perempuan yang berusia 9 tahun hingga perempuan dewasa berusia 55 tahun.
Waktu pemberian yang paling disarankan adalah saat usia 9–26 tahun atau yang belum aktif berhubungan seksual. Untuk laki-laki, pemberian vaksin HPV disarankan mulai diberikan pada usia 19–26 tahun.
Dosis umum penggunaan vaksin HPV adalah 0,5 ml dengan suntikan ke otot (intramuskular/IM). Dengan jadwal pemberian sebagai berikut:
- Vaksin bivalen: Diberikan dengan interval 0, 1, dan 6 bulan pada usia 9–25 tahun.
- Vasin tetravalen: Diberikan dengan interval 0 dan 12 bulan pada anak usia 9–13 tahun dan interval 0, 2, dan 6 bulan, pada usia di atas 13–45 tahun.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Cara Pemberian Vaksin HPV
Cristy menuturkan vaksin HPV disuntikkan ke otot (intramuskular/IM). Penyuntikan vaksin ini akan dilakukan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter di fasilitas kesehatan yang telah ditunjuk untuk pelayanan vaksinasi.
Jika vaksin disuntikan pada usia 9–13 tahun, maka membutuhkan 2 dosis vaksin HPV. Jika vaksin disuntikkan pada usia 16–18 atau usia dewasa, maka membutuhkan 3 dosis vaksin HPV.
"Vaksin HPV sebaiknya diberikan sejak masih anak-anak, karena pada usia tersebut hubungan seksual belum dilakukan," kata Cristy.
Dengan begitu, lebih sedikit kemungkinan pasien sudah tepapar virus dan vaksin HPV dapat bekerja lebih efektif.
Pemberian vaksin HPV harus sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan agar vaksin dapat bekerja dengan baik. Seseorang harus mendapatkan seluruh dosis yang sudah ditentukan.
"Jika Anda melewatkan salah satu dosis, segera temui dokter untuk mendapatkan dosis yang terlewat," ungkap Cristy.
Penggunaan vaksin HPV bersama dengan antikoagulan dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan.
Selain itu, penurunan respons imun dapat terjadi jika vaksin HPV digunakan bersama obat-obatan untuk kemoterapi, radioterapi, atau kortikosteroid dengan dosis tinggi.
"Agar aman, selalu beri tahu dokter jika Anda ingin mengonsumsi obat-obatan lain bersamaan dengan vaksin HPV," saran Cristy.
Â
Advertisement
Efek Samping dan Bahaya Vaksin HPV
Berikut ini adalah beberapa efek samping yang mungkin timbul setelah menggunakan vaksin HPV:
- Nyeri, bengkak, gatal, atau kemerahan di area bekas suntikan- Sakit kepala- Mual atau muntah- Nyeri otot atau sendi- Rasa lelah- Demam- Pusing atau pingsan
Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping yang disebutkan di atas tidak kunjung mereda atau justru semakin parah.
Selain itu, Anda juga harus segera ke dokter jika mengalami reaksi alergi setelah menerima vaksin HPV.
Kebijakan dan Strategi Pelaksanaan Imunisasi HPV
Dilansir laman Ayo Sehat Kementerian Kesehatan RI, kebijakan dan strategi pelaksanaan pemberian vaksin HPV menyediakan layanan yang merata.
Program ini dilaksanakan tahunan dengan melibatkan berbagai tingkat pelaksanaan, mulai dari pusat hingga pelaksana lapangan, di bawah koordinasi Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah (TP UKS/M).
Pemberian vaksin HPV tidak terbatas hanya bagi anak-anak yang bersekolah di lembaga pendidikan formal, tapi juga anak-anak yang tidak bersekolah atau putus sekolah.
Program ini berupaya menjangkau seluruh lapisan masyarakat yang rentan melalui posyandu, puskesmas, dan tempat berkumpulnya anak-anak.
Keberhasilan program ini diharapkan mampu menurunkan angka terjadinya kutil kelamin (genital warts) dalam jangka pendek, dan mengurangi prevalensi kanker serviks dalam jangka panjang.
Dengan vaksin yang terbukti aman dan efektif serta dukungan penuh dari semua pihak, Kementerian Kesehatan RI berkomitmen untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Kanker Leher Rahim demi mewujudkan generasi sehat dan terbebas dari ancaman kanker leher rahim.