Liputan6.com, Jakarta - Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar mengutuk serangan zionis Israel yang menewaskan salah satu pemimpin Hamas, Ismail Abdul Salam Haniyeh, di Teheran, Iran.
"Kita semua berduka dan saya secara pribadi mengucapkan sangat berbelasungkawa atas musibah atau upaya yang telah dilakukan oleh zionis Israel yang menyebabkan kematian Almarhum Al-Maghfurlah, Ismail Abdul Salam Haniyyah," ujar Nasaruddin Umar, Jumat 1 Agustus 2024.
Baca Juga
Dia mengajak jamaah Istiqlal, masyarakat Indonesia, dan seluruh masjid di Indonesia menggelar Shalat Ghaib. "Dia (Ismail Abdul Salam Haniyyah) mempertaruhkan segala-galanya demi untuk kebebasan negerinya," kata dia.
Advertisement
Menurutnya, Masjid Istiqlal konsisten menyuarakan kemerdekaan rakyat Palestina lewat berbagai macam cara.
"Bukan saja untuk mengumpulkan dana, bukan saja untuk merencanakan renovasi Rumah Sakit Indonesia di sana, dan bukan saja untuk menciptakan atau membangun Masjid Istiqlal di sana," kata dia.
"Tetapi Istiqlal bersama-sama dengan seluruh jamaah punya cara yang komprehensif untuk bagaimana supaya rakyat Palestina bisa menikmati kemerdekaan," kata dia menambahkan.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa tewasnya Ismail Haniyeh, pemimpin biro politik organisasi perlawanan Palestina Hamas di Teheran, Iran, merupakan kekerasan dan pembunuhan yang tidak bisa ditoleransi.
"Itu sebuah kekerasan, pembunuhan, yang tidak bisa ditoleransi. Dan terjadi di wilayah kedaulatan Iran," kata Presiden Jokowi. Presiden pun menegaskan bahwa Indonesia mengecam keras kekerasan dan pembunuhan terhadap Ismail Haniyeh.
JK Sampaikan Duka Cita
Sebelumnya, Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla menyampakan duka cita mendalam atas wafatnya Ketua Biro Politik Gerakan Hamas Ismail Haniyeh, Rabu (31/7/2024). Menurut dia, almarhum Haniyeh adalah seorang pejuang Palestina di Gaza.
"Innalillahi wainnailaihi raji'uun atas tewasnya almarhum Ismail Haniyeh, hari ini. Ia juga mempunyai kepemimpinan yang kuat di Palestina dan Teheran tentunya," kata JK dikutip dari siaran pers, Rabu.
JK juga mengungkapkan dirinya bertemu pertama kali dengan Ismail Haniey di Doha. Dalam pertemuan tersebut, kata dia, sebenarnya sangat ingin mencapai kedamaian dan penyelesian yang adil di Palestina.
Dalam pertemuan di Doha juga, JK menceritakan jika Haneyah sangat ingin bersatu dengan Al-Fatah di Beijing. Dia juga berharap bisa berkunjung ke Indonesia bersama al Fatah setelah dari Beijing.
"Namun hari ini allah memanggilnya ke Rahmatullah. dan tentu apabila meninggal maka kita mengharapkan cita-cita beliau soal kedamaian di Palestina bisa tercapai walapun perang demikian kerasnya di sana," jelasnya.
"Kita berdoa semoga arwah beliau diterima di sisi Allah SWT dan kedamapain di capai di Palestina," sambung JK.
JK berharap wafatnya Haneyah tidak memperburuk suasana di Palestina.
Seperti diketahui, Gerakan Hamas dan Korps Pengawal Revolusi Iran mengumumkan syahidnya Ismail Haniyeh, Rabu, waktu setempat. Ia meninggal beserta salah satu anggota tim pengamanannya akibat serangan tiba-tiba Zionis di kediamannya di ibu kota Iran, Teheran.
Informasi yang dihimpun, JK dan almarhum melakukan petemuan pertama kalinya di Doha, Qatar, pada 12 Juli 2024 lalu.
Dalam pertemuan selama dua jam itu, Jusuf Kalla menjelaskan bagaimana mata dunia kini tertuju ke Gaza dan memicu semua pihak untuk ikut membantu warga yang terdampak langsung perang Israel-Hamas.
JK juga menyampaikan begitu peliknya mendistribusikan bantuan ke Gaza akibat blokade Israel sehingga harus berbuat yang terbaik untuk Palestina.
Advertisement