Mobilitas Tinggi, Dinkes Cimahi Imbau Warga Waspadai Cacar Monyet

Tingginya mobilitas warga yang bepergian ke berbagai daerah, termasuk luar negeri, meningkatkan potensi atau kemungkinan virus tersebut menyebar ke Cimahi.

oleh Dikdik Ripaldi diperbarui 05 Sep 2024, 23:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2024, 23:00 WIB
Cacar Monyet
Ilustrasi virus penyebab cacar monyet. Credits: pixabay.com by Geralt

Liputan6.com, Bandung - Penyakit Monkey Pox (Mpox) alias cacar monyet saat ini sedang menjadi perhatian serius di dunia kesehatan. Merespons keadaan tersebut, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cimahi mengimbau agar masyarakat selalu waspada.

Kepala Dinkes Kota Cimahi, Mulyati menyebut hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan mengenai masyarakat yang terpapar Mpox. Meski begitu, ia meminta agar masyarakat tak menganggap remeh penyakit tersebut.

"Meskipun belum ada kasus yang terdeteksi, pihak Dinas Kesehatan Kota Cimahi tetap mengimbau masyarakat untuk waspada," ungkap Mulyati dalam keterangan tertulisnya, Senin, 2 September 2024.

Diakuinya bahwa penyebaran cacar monyet bisa saja terjadi di Kota Cimahi. Tingginya mobilitas warga yang berpergian ke berbagai daerah, termasuk ke luar negeri menambah peluang virus Mpox masuk ke Kota Cimahi.

"Tingginya mobilitas warga yang bepergian ke berbagai daerah, termasuk luar negeri, meningkatkan potensi atau kemungkinan virus tersebut menyebar ke Cimahi," ujarnya.

Mulyati menambahkan masyarakat perlu mengetahui gejala-gejala apa saja yang ditimbulkan oleh virus tersebut.

"Meskipun belum ditemukan kasus positif di Kota Cimahi, masyarakat perlu tahu gejala apa saja yang ditimbulkan jika terpapar Mpox," tambahnya.

 

Gejala dan Cara Mencegah Penyebaran Mpox

Sekilas, gejala Mpox mirip dengan cacar air, namun tidak satu golongan. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus Mpox yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu, Mpox dapat ditularkan melalui hewan ke manusia. Sedangkan cacat air hanya bisa melalui manusia ke manusia.

Gejala Mpox sendiri memiliki berbagai tanda, mulai dari ringan hingga berat yang memer perawatan fasilitas kesehatan. Ibu hamil, orang dengan penyakit kekebalan tubuh, dan anak-anak adalah yang paling rentan terkena Mpox.

Biasanya, seseorang yang terjangkit Mpox dimulai dengan gejala demam, sakit kepala hebat, sakit punggung, ruam kulit, nyeri otot, lemas, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Untuk ruam pada kulit biasanya terjadi dalam satu sampai tiga hari sejak demam. Awalnya, ruam hanya berbentuk bintik merah seperti cacar, lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, lalu teksturnya berubah menjadi keras kemudian rontok.

Jumlah ruam pada kulit bisa hanya beberapa sampai ribuan jumlahnya dan terkonsentrasi pada telapak tangan, telapak kaki, dan wajah. Tak hanya itu, ruam juga dapat muncul di bagian tubuh lain.

Gejala ini biasanya berlangsung antara 2-4 minggu dan bisa sembuh sendiri. Namun pada beberapa individu, dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian.

"Gejala-gejala tersebut umumnya akan berlangsung selama dua hingga empat minggu. Jika terinfeksi Mpox, beberapa orang dengan kondisi khusus dapat menyebabkan komplikasi medis hingga kematian," ujarnya.

Adapun cara untuk melakukan pencegahan Mpox adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat yang terkena Mpox disarankan untuk diisolasi agar tidak menularkan ke orang lain. Isolasi dilakukan sampai ruam kulit mengering.

2. Hindari bersentuhan dengan pasien atau hewan yang terindikasi memiliki gejala Mpox.

3. Masyarakat diimbau menerapkan Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS).

4. Memakan makanan yang matang sempurna.

5. Laporkan bila ada seseorang yang diduga terkena Mpox berdasarkan gejala-gejala di atas.

6. Terakhir, masyarakat harus menghindari informasi palsu atau hoaks.

"Dalam mewaspadai wabah ini saya mengimbau kepada warga masyarakat untuk dapat menerapkan perilaku bersih dan sehat," dia memungkasi.

 

Ada 88 Kasus yang Tercatat Kemenkes

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), tercatat ada 88 kasus cacar monyet yang terhitung sampai Sabtu (17/8). Puluhan kasus tersebut menyebar dari Jawa hingga Kepulauan Riau (Kepri).

Pada tahun 2023, sebanyak 73 kasus ditemukan dan 14 kasus terjadi di tahun 2024. Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin menyebut, ada 11 dari 88 kasus yang diduga terindikasi mpox berdasarkan gejala klinis yang mereka alami. Namun, dikatakan Budi jika sebelas orang tersebut negatif saat dites PCR.

Selain itu, pihaknya telah menyiapkan mesin PCR yang ditempatkan di Jakarta dan Bali sehubungan dengan penyelenggaraan Asia-Africa Leaders Meeting yang akan digelar di Bali. Diakuinya mesin tersebut hanya butuh waktu 30-40 menit untuk mengeluarkan hasilnya.

“Jadi sesudah dites PCR dia negatif. Apalagi saya sampaikan, dari 88 ini, seratus persen sembuh ya, seratus persen sembuh. Karena seratus persen mereka adalah varian atau clade-nya 2b,” kata Menkes dikutip dari setkab.go.id.

Kemenkes juga telah menyiapkan vaksin untuk mencegah penyebaran Mpox. Budi memaparkan jumlah dosis vaksin yang telah didatangkan pada 2022 silam sebanyak 1.000 dosis.

“Vaksinasinya kita sekarang kemarin kan datangkan 1.000, masih ada sisa 40 kita kirim dulu ke Bali untuk orang-orang yang berisiko tinggi, seperti petugas lab, tenaga kesehatan, kemudian grup-grup yang berisiko tinggi, kita vaksinasi,” imbuh Menkes.

Bulan Oktober 2023 terkonfirmasi menjadi puncak kasus cacar monyet, walaupun fatalitasnya tidak tinggi, yakni varian 2b. Kendati demikian, masyarakat dihimbau agar tetap waspada lantaran penyebarannya sangat mudah.

Sementara itu, World Health Organization atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan jika kondisi saat ini sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat imbas lonjakan kasus cacar monyet secara global. Hal ini pun perlu menjadi perhatian internasional dan tingkat kewaspadaan yang tinggi.

Penulis: Arby Salim

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya