Siswa SMP di Deli Serdang Meninggal Dunia Diduga usai Dihukum Squat Jump oleh Guru

Seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Rindu Syahputra Sinaga meninggal dunia diduga kecapekan usai dihukum squat jump 100 kali oleh oknum guru.

oleh Reza Efendi diperbarui 30 Sep 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2024, 03:00 WIB
Jenazah
Ilustrasi jenazah. (Pexels.com/Pavel Danilyuk)

Liputan6.com, Deli Serdang - Seorang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Rindu Syahputra Sinaga meninggal dunia diduga kecapekan usai dihukum squat jump 100 kali oleh guru.

Rindu dihukum squat jump gara-gara tidak mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Rindu berstatus Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 STM Hilir, Deli Serdang.

Pelajar berusia 14 tahun itu mengembuskan napas terakhir pada Kamis, 26 September 2024. Rindu merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari Lamhot Sinaga dan istrinya, Derma Br Padang, warga Dusun I, Desa Negara Beringin, Kecamatan STM Hilir.

Derma, ibu Rindu, tampak tidak terima dengan kematian putranya. Saat jenazah tiba di rumah duka, Derma berulang kali mengeluarkan kata-kata umpatan yang ditujukan kepada oknum guru yang telah menghukum anaknya.

Informasi diperoleh Liputan6.com, Minggu (29/9/2024), diduga guru yang menghukum Rindu Syahputra Sinaga untuk melakukan squat jump 100 kali adalah berstatus honorer.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak Video Pilihan Ini:


Sempat Dibawa ke Rumah Sakit

Arti Mimpi Masuk Rumah Sakit
Ilustrasi Rumah Sakit Credit: unsplash.com/Olga

Sebelum meninggal dunia, pada Kamis, 19 September 2024, sepulang sekolah Rindu mengeluh tidak enak badan kepada ibunya. Rindu juga menceritakan kepada ibunya soal dipaksa melakukan squat jump 100 kali oleh gurunya.

Oleh ibunya, Derma, Rindu dibawa berobat ke Klinik Mayen di Desa Limau Mungkur, Kecamatan STM Hilir, Deli Serdang. Meski telah berobat, kesehatan Rindu tidak kunjung membaik. Dia tetap mengeluh sakit di sekujur tubuhnya, badannya lemas tidak bertenaga.

Karena kondisinya terus memburuk, Rindu Syahputra Sinaga kemudian dilarikan keluarganya ke Rumah Sakit Umum (RSU) Sembiring Deli Tua pada Kamis, 26 September 2024, sekitar pukul 01.00 WIB.

Beberapa jam mendapat perawatan intensif dari petugas medis rumah sakit swasta tersebut, Rindu Syahputra Sinaga dinyatakan meninggal dunia.


Ambil Langkah Hukum

Ilustrasi hukum, keadilan
Ilustrasi hukum, keadilan. (Image by Freepik)

Kuasa hukum keluarga, Dwi Ngai Sinaga, saat dihubungi Liputan6.com via WhatsApp, Minggu (29/9/2024), mengatakan, setelah kejadian itu pihaknya akan melakukan langkah hukum.

Disebutkan Dwi Ngai, pihaknya juga akan berkoordinasi dengan pihak keluarga yang sebelumnya menolak jenazah korban untuk dilakukan autopsi.

"Kalau proses hukum, yang pertama kita lakukan mau ngasih pandangan hukum dengan keluarga. Karena, selama ini keluarga tidak mau diautopsi, mereka tidak mengerti, dan bingung," sebutnya.

Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Polresta Deli Serdang terkait kematian Rindu Syahputra Sinaga. Polisi juga sudah mendatangi rumah korban dan meminta keterangan dari keluarga.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Polresta Deli Serdang, karena selama ini mereka tidak terjun langsung," ujarnya.


Berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan

KPAI Tegaskan Peran Tri Pusat Pendidikan Guna Akhiri Kekerasan pada Anak
Ilustrasi: Stop Kekerasan pada Anak. (Foto: Liputan6.com).

Dwi Ngai juga mengatakan, mereka juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan Deli Serdang terkait tewasnya korban, yang disebut-sebut usai dihukum squat jump sebanyak 100 kali oleh oknum guru.

"Ini kan sangat disayangkan. Selain di bawah umur, juga menciderai pendidikan kita. Itu bukan militer. Kita tidak menyalahkan itu dihukum, tapi militer saja enggak mungkin sampai 100 kali disuruh squat jump," sebutnya.

Setelah kejadian itu, Dwi Ngai selaku kuasa hukum keluarga juga sempat mendatangi sekolah korban dan bertemu dengan kepala sekolah, dan dibenarkan adanya peristiwa tersebut.

"Itu sangat disayangkan. Tapi pernyataan kepala sekolah akan berkoordinasi persuasif. Tapi kita tidak mengerti maksud dari kepala sekolahnya," Dwi menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya