Retakan Tanah di Makam Raja Berpotensi Timbulkan Longsor Lebih Besar

Kemunculan retakan tanah di kompleks makam raja-raja Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta berpotensi menimbulkan longsor lebih besar dibandingkan pada tahun 2019.

oleh Kukuh Setyono diperbarui 10 Nov 2024, 05:00 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2024, 05:00 WIB
Rawan Longsor Imogiri
Personel SAR DIY melihat retakan di bawah makam komplek raja-raja di Imogiri, Jumat (8/11/2024). Retakan berpotensi memicu longsor besar. (Kukuh Setyono)

Liputan6.com, Yogyakarta - Kemunculan retakan tanah di kompleks makam raja-raja Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta berpotensi menimbulkan longsor lebih besar dibandingkan pada tahun 2019. Penutupan retakan dengan terpal menjadi rekomendasi tercepat sebelum masuk puncak musim hujan. Retakan di bawah Bukit Merak, lokasi pemakaman raja-raja Kraton Ngayogyakarta dan Surakarta, ditemukan sebulan lalu. Berada di barat daya, retakan ini memiliki lebar 20 centimeter, memajang barat ke timur 20 meter.

Tidak terlihat dari bawah, karena tertutup vegetasi maupun dari atas karena menjorok ke dalam. Retakan ini memisahkan bukit bantuan penopang kawasan makam dengan tanah padat di bawahnya. Dari bibir tebing atas sampai retakan, diperkirakan setinggi 20 meter. “Dari bawah maupun atas tidak terlihat, tapi jalan Imogiri-Dlingo retakan itu terlihat jelas. Sebagai antisipasi, sistem peringatan dini (early warning system/EWS) sudah terpasang namun belum maksimal karena terkendala sistem sinyalnya,” kata Kasi Operasional SAR DIY Distrik Bantul, Bondan Supriyanto pada Jumat (8/11/2024).

Meski di atas tebing merupakan lahan kosong, Bondang memperkirakan retakan ini akan memicu bahaya longsor jika terjadi hujan terus-menerus selama dua pekan. Akan terjadi longsor besar dibanding kejadian serupa di sebelah timur pada 2019 yang memakan dua korban jiwa. Sebagai solusi tercepat, Bondan merekomendasikan pemasangan terpal untuk menutup retakan dan menimbunnya, dengan harapan air tidak terserap melalui lubang retakan.

“Jika hujan terus turun, daya resap tanah akan jenuh dan berpotensi longsor. Kemungkinan longsoran berdampak pada bukit tebing atasnya. Terlebih di bawah, terdapat pemukiman padat penduduk,” terang Bondan.

Ketua RT 01 Pedukuhan V Desa Girirejo, Sumarsono menyebut meski mengetahui potensi bencana longsor namun pihaknya tidak bisa melakukan apa-apa, terlebih mengungsi karena tidak memiliki tempat lagi. Di sekitar area parkir di tangga masuk kompleks pemakaman tercatat dihuni sebanyak 20 KK. Lokasi ini terletak persis di bawah area perbukitan yang retak. “Saat ini yang bisa dilakukan tetap menghimbau warga waspada dan siaga. Jika sewaktu-waktu terdengar bunyi EWS, warga sepakat untuk berpindah ke tempat yang aman dulu,” jelasnya.

Usai menengok lokasi, perwakilan dari Kraton Ngayogyakarta, Pengageng 2 Kawedanan Suryo Suroso KRT Kusumanegara menyatakan saat ini dirinya hanya bertugas melihat kondisi lapangan untuk kemudian dilaporkan. ‘Kami cek lokasi seberapa potensi bahayanya. Observasi ini kami lakukan bersama tim perencana yang biasa berhubungan dengan pembangunan di Kraton dan ahli geologi,” terangnya.

Di atas area yang retak, KRT Kusumanegara menyatakan area tersebut kosong dan tidak terdapat aktivitas sosial. Dari berbagai literasi, kompleks makam raja-raja Imogiri dibagi atas tiga bagian. Dimana untuk bagian tengah merupakan Astana Kasultan Agung yaitu kompleks makam Sultan Agung. Kemudian di sisi timur, adalah kompleks makam raja-raja Kraton Ngayogyakarta. Sedangkan di sisi barat adalah kompleks makam raja-raja dari Kraton Surakarta. Retakan yang muncul masuk dalam kawasan makam sisi barat.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya