Ketika Antropolog Amerika Berkunjung ke Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta

Dalam diskusi tertutup dengan para juru bicara pesantren Quowwam Hassan, Rustiyadi, dan Noor Habib Sulton, terungkap rahasia di balik kesuksesan pesantren dalam mengelola acara-acara internasional.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 17 Nov 2024, 04:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2024, 04:00 WIB
Pesantren
Pertemuan antara tradisi pesantren dan akademisi Barat menciptakan momen istimewa di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. Kunjungan Prof. Dr. James B. Hoesterey, antropolog dari Amory University, Amerika Serikat pada 9 November 2024 menunjukkan bagaimana sebuah lembaga pendidikan Islam berbasis pesantren mampu membangun jembatan dialog lintas budaya yang bermakna.

Liputan6.com, Yogyakarta - Pertemuan antara tradisi pesantren dan akademisi Barat menciptakan momen istimewa di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. Kunjungan Prof Dr James B Hoesterey, antropolog dari Amory University, Amerika Serikat pada 9 November 2024 menunjukkan bagaimana sebuah lembaga pendidikan Islam berbasis pesantren mampu membangun jembatan dialog lintas budaya yang bermakna.

Ketertarikan Prof James bermula dari keberhasilan pesantren ini dalam menyelenggarakan Religious 20 (R20) 8 November 2022 lalu. Bagi seorang antropolog, kemampuan sebuah pesantren mengorganisasi acara internasional sambil tetap mempertahankan nilai-nilai religiusnya merupakan fenomena yang menarik untuk dipelajari.

Ini menunjukkan bagaimana institusi pendidikan Islam berbasis pesantren dapat beradaptasi dengan tuntutan zaman tanpa kehilangan jati dirinya. Dalam diskusi tertutup dengan para juru bicara pesantren Quowwam Hassan, Rustiyadi, dan Noor Habib Sulton, terungkap rahasia di balik kesuksesan pesantren dalam mengelola acara-acara internasional. Perpaduan antara nilai-nilai pesantren dan manajemen yang baik menjadi kunci keberhasilan mereka dalam meninggalkan kesan mendalam bagi setiap tamu yang berkunjung.

Momen paling menarik terjadi saat Prof. James berinteraksi langsung dengan para santri. Suasana diskusi yang hidup dengan santri putri memperlihatkan bagaimana pendidikan pesantren tidak hanya menghasilkan generasi yang memahami agama, tetapi juga mampu berdialog dengan percaya diri dalam konteks global. Penampilan-penampilan kreatif para santri semakin menegaskan bahwa pesantren adalah ruang yang memungkinkan pengembangan bakat dan kreativitas.

Prof. James mengungkapkan rasa terima kasih yang mendalam atas sambutan hangat yang diberikan oleh Pondok Pesantren Sunan Pandanaran. “Saya sangat berterima kasih atas penyambutan yang luar biasa ini,” ujarnya.

Kunjungan ini menjadi bukti bahwa pesantren bukan sekadar lembaga pendidikan agama yang tertutup, melainkan institusi yang terbuka untuk dialog dan pertukaran gagasan. Keterbukaan terhadap dunia modern menjadi model bagaimana institusi pendidikan Islam dapat berperan aktif dalam membangun pemahaman lintas budaya.

 

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya