Terganjal Persyaratan D4 dan S1, Nasib 249 Ribu Guru Non-ASN di Indonesia Terancam Tak Dapat Tunjangan Sertifikasi

Wamendikdasmen Fajar pun mendorong kepada kalangan guru non-ASN yang belum bersertifikasi, agar segera mengikuti proses sertifikasi terlebih dahulu

oleh Tim Regional diperbarui 30 Nov 2024, 03:30 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2024, 03:30 WIB
Wamendikdasmen, Fajar Riza bersama Ketua PP Muhammadiyah KH Haedar Nashir meresmikan kampus SD Asyiyah Multilingual Darussalam di Kudus, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Arief Pramono)
Wamendikdasmen, Fajar Riza bersama Ketua PP Muhammadiyah KH Haedar Nashir meresmikan kampus SD Asyiyah Multilingual Darussalam di Kudus, Jawa Tengah. (Liputan6.com/Arief Pramono)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) di bawah Abdul Mu’ti, kini banyak membawa angin segar bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Kemendikdasmen menghadirkan kebijakan inklusif pada tahun 2025 mendatang. Yakni para guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) bisa mengajar atau ditempatkan di sekolah asal dan sekolah swasta.

Kabar gembira tersebut diungkapkan Wakil Menteri Dikdasmen, Fajar Riza UI Haq saat kunjungan kerjanya meresmikan kampus dua SD Asyiyah Multilingual Darussalam (SDA Mulida) Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, 29 November 2024.

Selain kebijakan inklusif, Fajar juga menyoroti minimnya kesejahteraan kalangan Guru non-Aparatur Sipil Negara (ASN). Bagi mereka yang telah mengantongi sertifikasi, Pemerintah bakal menaikan tunjangan kinerja dari Rp 1,5 juta menjadi Rp 2 juta.

“Kebijakan Pak Presiden Prabowo yang baru saja diumumkan, bagi guru non-ASN yang sudah bersertifikasi yang mulanya gajinya Rp 1,5 juta itu naik menjadi Rp 2 juta. Adapun guru non-ASN yang sertifikasi baru, langsung Rp 2 juta,” ujar Fajar.

Karena itu, Wamendikdasmen Fajar pun mendorong kepada kalangan guru non-ASN yang belum bersertifikasi, agar segera mengikuti proses sertifikasi terlebih dahulu.

“Sebab, kewenangan Kemendikdasmen hanya sebatas meningkatkan tunjangan kinerja guru berbasis sertifikasi,” terang Fajar.

Fajar menyebut hingga saat ini masih ada sekitar 249 ribu guru di semua tingkatan sekolah di Indonesia, yang belum menempuh pendidikan Diploma 4 (D4) atau Sarjana (S1). Padahal syarat guru penerima sertifikasi harus lulus dari D4 atau S1.

“Kami mendorong agar ikut proses sertifikasi terlebih dahulu, karena kami rumusnya meningkatkan tunjangan kinerja guru berbasis sertifikasi,” tukasnya.

Selain kabar tentang kesejahteraan guru, kata Fajar, Kemendikdasmen juga berupaya melakukan pemerataan jumlah guru di Indonesia khususnya di Kabupaten Kudus.

“Redistribusi guru perlu dilakukan guna memecahkan jumlah guru yang menumpuk di satu daerah dan menempatkan ke daerah yang kekurangan guru," ujar Fajar.

Wamen Fajar juga menekankan pentingnya kebijakan yang inklusif guna mewujudkan pendidikan bermutu untuk semua. Karena itu, akses layanan pendidikan harus didapat oleh semua anak Indonesia dan semua lembaga yang menyelenggarakan pendidikan.

Fajar menegaskan, sistem pendidikan harus mampu mengatasi ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat. Untuk itu, negara melalui pemerintah perlu hadir memberikan kebijakan yang berkeadilan untuk masyarakat, khususnya pada bidang pendidikan.

Fajar menyebut bahwa saat ini di Indonesia terdapat kurang lebih 439.000 sekolah. Dari jumlah ratusan sekolah tersebut, sebanyak 60% nya adalah sekolah swasta.

“Kerja sama perlu dilakukan dengan lembaga pendidikan swasta dan tidak membedakan antara sekolah negeri dan swasta," pinta Fajar.

 

 

Simak Video Pilihan Ini:

Resmikan SDA Mulida Kudus

Dalam kesempatan itu, Wamen Fajar yang didampingi Ketua PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH Haedar Nashir, juga meresmikan kampus SD Aisyiyah Multilingual Darussalam di Desa Getassrabi, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus.

Fajar mengapresiasi kehadiran sekolah pertama di wilayah Kudus yang berkonsep pendidikan berbasis Islam dan multibahasa. Ia menilai sekolah Mulida Kudus telah merepresentasikan semangat global tanpa menghilangkan identitas nasional.

"Saya sangat kagum dengan sekolah ini, sejak dini para peserta didik telah dikenalkan dengan berbagai bahasa selain bahasa Indonesia. Hal ini merupakan modal baik sekaligus pondasi anak Indonesia menuju Indonesia emas 2045," tutur Fajar.

Fajar pun berharap, SDA Mulida dapat membawa kemajuan bagi Kabupaten Kudus ke depannya. Selain itu, SD Mulida dapat melahirkan banyak lulusan-lulusan hebat yang berdampak positif untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Untuk diketahui, pendirian SD Mulida ini merupakan hasil kerja sama antara Pimpinan Ranting Aisyiyah dan Pimpinan Ranting Muhammadiyah Desa Getassrabi. Proses pembangunan sekolah dimulai sejak awal tahun 2022.

Fajar menambahkan, kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat seperti yang terlihat di Desa Getassrabi, merupakan contoh ideal untuk membangun pendidikan yang berkualitas.

“Kehadiran sekolah ini menjadi bukti pentingnya kerja sama masyarakat dan pemerintah. Meski berada di desa, sekolah ini membawa visi global yang luar biasa dengan memperkenalkan pengajaran multibahasa sejak dini. Ini adalah model pendidikan yang patut ditiru,” cetus Fajar.

(Arief Pramono)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya