Liputan6.com, Sikka - Meski sudah berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), namun mutu pelayanan dan fasilitas di RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, NTT masih jauh dari harapan.
Belum habis soal kematian pasien karena ketiadaan dokter anestesi, rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka ini kembali menjadi sorotan publik karena sistem pengelolaan limbah medis yang dinilai buruk.
Terkini, warga RT 02 RW 09, Kelurahan Kota Uneng, mengajukan protes terhadap manajemen RSUD TC Hillers karena pembakaran limbah medis.
Advertisement
Baca Juga
Selain protes melalui surat somasi, warga juga menyurati kejaksaan negeri Maumere untuk segera menelusuri dugaan pelanggaran yang dilakukan manajemen rumah sakit.
Sesilia Nona, warta RT 02 mengaku pembakaran limbah medis di rumah sakit itu menyebabkan warga sekitar menderita batuk hingga asma.
"Saat dibakar, warga sekitar semua merasakan dampaknya. Batuk, mata perih hingga ada warga sampai asma. Ini karena jaraknya insenerator sangat dekat dengan pemukiman warga," ungkapnya.
Ia meminta manajemen RSUD TC Hillers segera memindahkan lokasi pembakaran limbah medis yang selama ini mengancam kesehatan warga.
Selain limbah medis berbahaya, sampah rumah tangga yang dihasilkan oleh rumah sakit pun dibuang sembarangan dan meluber hingga ke jalan umum.
Sementara warga lainnya, Gabriel Rudi Lameng mengancam akan melaporkan manajemen RSUD TC Hillers ke polisi jika tuntutan warga tak diindahkan.
"Jika laporan ke jaksa juga tidak diindahkan maka kami akan tempuh jalur hukum ke polisi," tegasnya.
Ia mengatakan selama ini sistem pengelolaan limbah medis RSUD TC Hillers sangat bertentangan dengan UU Kesehatan. Selain lokasi pembakaran di tengah pemukiman warga, jarak insenerator pun tak jauh dari ruangan gizi.
"Limbah medis B3 diisi di kantong lalu dibiarkan begitu saja. Bahkan, abu hasil pembakaran insenerator juga dilepas saja. Bayangkan saja, kalau terbawa angin lalu dihirup manusia. Pasti berdampak ke kesehatan," katanya.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Insenerator Rusak
Direktur RSUD TC Hillers Maumere, dr. Clara Francis menjelaskan insenerator milik rumah sakit sempat mengalami kerusakan sejak tahun 2024. Kerusakan itu, menurutnya, karena faktor usia insenerator yang diadakan sejak 2003 silam.
"Wajar kalau rusak, karena sudah puluhan tahun, tapi kita sudah perbaiki," katanya.
Ia mengaku RSUD TC Hillers sempat ditegur menteri lingkungan hidup hingga dipanggil DPRD Sikka terkait terkait kerusakan insenerator saat itu.
"Karena ditegur maka kami mengambil langkah untuk memperbaiki dan sudah dilakukan uji emisi sejak 2024. Aturannya, setiap tiga tahun baru dilakukan uji emisi lagi," jelasnya.
Menurutnya, pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak ketiga untuk penanganan limbah medis. Namun, masih berbenturan dengan sistem penawaran.
"Atas saran DPR waktu itu, solusinya kami perbaiki insenerator dan sambil berkoordinasi dengan pihak ketiga. Dan, kita juga sudah diminta mengisi limbah medis ke kantong, namun dalam perjalanan, prosesnya tidak bisa melalui e-katalog," katanya.
"Penawaran di e-katalog dan di luar berbeda sehingga kita berkoordinasi dengan UKPBJ. Setelah berproses ternyata tidak bisa karena penawaran di dalam e-katalog harganya berbeda dengan penawaran luar. Kalau dipaksakan untuk berproses akan jadi masalah," tutupnya.
Advertisement