Mengintip Pesan Lingkungan dalam Film Eva: Pendakian Terakhir

Para pendaki melihat itu sebagai kode budaya agar kita tidak gaduh di alam.

oleh Liputan6.comTim Regional Diperbarui 22 Jan 2025, 12:21 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2025, 10:08 WIB
Film Eva: Pendakian Terakhir
Film Eva: Pendakian Terakhir... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Film Eva: Pendakian Terakhir tidak saja menawarkan genre horor. Film ini memiliki pesan-pesan penting untuk menjaga kearifan alam dan lingkungan. Seorang pendaki bernama Loly mengatakan, film ini membawa pesan penting untuk tidak bertindak sesukanya saat berada di alam.

“Pesan penting yang dibawa dalah kita tidak boleh memperlakukan alam sebagai obyek. Kita tidak boleh buang air sembarangan. Bahkan pendaki perempuan tidak boleh mendaki saat sedang datang bulan. Sebab bisa membawa risiko hadirnya binatang buas,” kata Produser Eksekutif Eva Pendakian Terakhir, Anwar Mattawape.

Anwar menjelaskan, dalam film Eva, ada ekspresi jari telunjuk di depan bibir. Para pendaki melihat itu sebagai kode budaya agar kita tidak gaduh di alam. Sebagai tamu, yang menjelajah alam, kita lebih baik mendengarkan suara-suara alam, tanpa melakukan perusakan.

Sejumlah organisasi pencinta alam juga  mulai turun gunung untuk menyaksikan film Eva: Pendakian Terakhir. Mereka ingin menyaksikan film yang diangkat dari kisah nyata seorang pendaki di Makassar yang menghilang di gunung selama beberapa hari.

“Kami melihat turunnya para pendaki ini adalah indikasi dari kisah Eva yang diterima semua kalangan. Selama ini para pendaki memiliki banyak kisah dan pengalaman di pegunungan. Tapi kisah itu hanya disimpan sendiri. Melalui film Eva, mereka menemukan banyak kesamaan,” kata Anwar yang juga menjadi founder Mapala 09 Fakultas Teknik, Unhas.

Sesuai pantauan di media sosial, beberapa komunitas pendaki tiba-tiba turun gunung untuk menyaksikan Eva. Di antaranya adalah Komunitas Pendaki Urang Bandung yang mengajak semua relawan dan pendaki untuk menyaksikan film Eva di Bandung, Jawa Barat. Mereka memakai pakaian pencinta alam saat mendatangi bioskop.

“Kami juga mendapat konfirmasi dari beberapa komunitas pendaki dan pencinta alam. Selain komunitas pendaki di Makassar, ada juga pencinta alam dari kampus Universitas Indonesia, Pekanbaru, Bandung, Denpasar, dan beberapa daerah lainnya,” kata pria yang berlatar sebagai pengusaha dan menjadi founder dari Titah Group ini.

 

 

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya