Liputan6.com, Lampung Barat - Komandan Kodim 0422 Lampung Barat, Letkol Inf Rinto Wijaya, mengungkapkan bahwa konflik antara manusia dan harimau kembali memakan korban jiwa di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Lampung Barat.
Insiden ini menambah daftar korban menjadi empat orang dalam konflik yang terjadi di wilayah konservasi setempat.
Advertisement
"Kami telah menangkap dua harimau dan menyerahkannya kepada pihak berwenang. Namun, untuk harimau ketiga, tidak akan dilakukan penangkapan. Kami akan mengimbau masyarakat agar tidak memasuki kawasan hutan lindung yang menjadi habitat satwa liar yang dilindungi," ujar Rinto, Jumat (23/1/2025).
Advertisement
Baca Juga
Ia menegaskan pentingnya menjaga populasi harimau Sumatra agar tidak punah. Menurutnya, jika semua harimau di kawasan tersebut ditangkap, ekosistem konservasi di hutan lindung akan terganggu.
Rinto juga mengungkapkan bahwa konflik ini terjadi karena berkurangnya mangsa alami harimau akibat aktivitas manusia.
 "Masyarakat yang berkebun sering mengambil hewan-hewan yang menjadi mangsa harimau, sehingga harimau kesulitan mendapatkan makanan," terangnya.
Untuk itu, ia mengimbau masyarakat agar tidak menggarap lahan di kawasan TNBBS dan menghentikan perburuan liar. Langkah ini dilakukan untuk melindungi satwa liar sekaligus menghindari konflik yang berpotensi menimbulkan korban jiwa.
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Petani Kopi Tewas Dimangsa Harimau
Sebelumnya, seorang petani kopi bernama Zainudin (28), warga asal Purworejo, Jawa Tengah, ditemukan tewas mengenaskan di kawasan TNBBS, Kecamatan Batubrak, Kabupaten Lampung Barat. Bagian bawah tubuh korban hilang, diduga akibat dimangsa harimau.
Camat Batubrak, Ruspel Gultom, mengungkapkan bahwa korban ditemukan tiga hari setelah diduga tewas.
"Korban dievakuasi pada pukul 12.10 WIB setelah laporan diterima sejak Selasa sore. Warga tidak berani mendekati lokasi karena khawatir harimau masih berkeliaran," kata Ruspel, Rabu (22/1/2025).
Evakuasi dilakukan pada Rabu pagi setelah koordinasi dengan TNI, Polri, dan petugas TNBBS. Penundaan evakuasi hingga pagi dilakukan untuk menghindari risiko keselamatan bagi petugas dan warga.
Kejadian ini menjadi peringatan bagi masyarakat untuk menjaga jarak dari kawasan konservasi dan mematuhi aturan yang ditetapkan demi kelestarian ekosistem hutan dan keselamatan bersama.
Advertisement