Astatin, Unsur Terlangka di Bumi yang Tak Pernah Bisa Disentuh

Penamaan astatin berasal dari bahasa Yunani astatos yang berarti tidak stabil. Hal ini merujuk pada karakteristik dasarnya yang sangat radioaktif.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 30 Jan 2025, 01:00 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2025, 01:00 WIB
Planet Bumi
Planet Bumi (Sumber: Pinterest/moris)... Selengkapnya

Liputan6.com, Yogyakarta - Keberadaan astatin di Bumi menjadi salah satu misteri terbesar dalam dunia kimia. Unsur dengan nomor atom 85 ini tercatat sebagai elemen alami paling langka di kerak Bumi dengan rasio keberadaan satu berbanding satu triliun dibandingkan dengan emas.

Mengutip dari berbagai sumber, penemuan astatin bermula pada tahun 1940 oleh para peneliti dari University of California Berkeley. Mereka berhasil mengidentifikasi unsur ini melalui proses bombardir bismut dengan partikel alfa.

Penamaan astatin berasal dari bahasa Yunani astatos yang berarti tidak stabil. Hal ini merujuk pada karakteristik dasarnya yang sangat radioaktif.

Para ilmuwan memperkirakan jumlah total astatin di kerak Bumi tidak lebih dari satu gram. Unsur ini hanya dapat ditemukan sebagai produk peluruhan dari unsur-unsur yang lebih berat seperti uranium dan thorium.

Bahkan dalam rantai peluruhan tersebut, astatin hanya muncul dalam hitungan detik hingga jam sebelum berubah menjadi unsur lain. Karakteristik paling mencolok dari astatin adalah ketidakstabilannya yang ekstrem.

Isotop paling stabil dari unsur ini, astatin-210, hanya memiliki waktu paruh 8,1 jam sebelum meluruh. Sifat radioaktif yang sangat tinggi menyebabkan astatin menghasilkan panas yang cukup untuk menguapkan dirinya sendiri yang membuat upaya pengumpulan sampel murni menjadi mustahil.

Dalam tabel periodik, astatin menempati posisi dalam kelompok halogen bersama fluor, klor, brom, dan iodin. Meski demikian, sifat kimianya belum sepenuhnya dipahami karena kesulitan dalam melakukan penelitian terhadap unsur yang sangat tidak stabil ini.

Para peneliti hanya dapat mempelajari astatin dalam jumlah mikroskopis menggunakan teknik pelacakan radioaktif. Meskipun sangat langka dan sulit diteliti, astatin memiliki potensi aplikasi dalam bidang kedokteran nuklir.

Beberapa penelitian menunjukkan kemungkinan penggunaan isotop astatin-211 dalam pengobatan kanker melalui radioterapi tertarget. Sifat radioaktifnya yang kuat namun berumur pendek dianggap ideal untuk menghancurkan sel-sel kanker tanpa membahayakan jaringan sehat di sekitarnya.

 

Fasilitas Nuklir Khusus

Proses produksi astatin hanya dapat dilakukan di fasilitas nuklir khusus menggunakan akselerator partikel. Setiap upaya sintesis menghasilkan jumlah yang sangat kecil, biasanya dalam skala atom hingga molekul.

Hal ini membuat astatin menjadi salah satu unsur termahal di dunia. Meskipun nilai pastinya sulit ditentukan mengingat tidak ada pasar komersial untuk unsur ini.

Kelangkaan astatin menjadikannya objek penelitian yang menantang dalam komunitas ilmiah. Setiap penemuan baru tentang sifat dan perilaku unsur ini memberikan kontribusi berharga bagi pemahaman tentang kimia nuklir dan radioaktivitas.

Hingga saat ini, penelitian tentang astatin terus berlanjut di berbagai laboratorium nuklir di seluruh dunia. Upaya pengembangan metode sintesis dan karakterisasi astatin terus dilakukan untuk membuka potensi aplikasinya yang lebih luas.

Fokus utama penelitian saat ini adalah optimalisasi produksi isotop astatin-211 untuk keperluan medis. Mengingat potensinya yang menjanjikan dalam pengobatan kanker.

Penulis: Ade Yofi Faidzun

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya