Liputan6.com, Padang - Filosofi yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau ini menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Bagi orang Minang, keselarasan antara adat dan agama adalah kunci terciptanya tatanan masyarakat yang harmonis.
Warisan budaya Minangkabau yang telah berusia ratusan tahun terus dijaga dan dilestarikan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur. Meski zaman terus berubah, berbagai tradisi unik ini tetap bertahan dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Minang.
Di antara sekian banyak tradisi Minangkabau, terdapat tiga ritual adat yang begitu melegenda dan masih rutin digelar hingga saat ini. Mengutip dari berbagai sumber, berikut tiga budaya Minangkabau:
Advertisement
Baca Juga
1. Tabuik
Tradisi Tabuik merupakan salah satu warisan budaya Minangkabau yang telah menjadi identitas kota Pariaman, Sumatera Barat. Ritual yang digelar setiap tanggal 10 Muharam ini mengandung nilai sejarah dan spiritual yang mendalam bagi masyarakat setempat.
Dalam bahasa setempat, tabuik sendiri merujuk pada usungan jenazah yang menjadi fokus utama dalam prosesi upacara. Pelaksanaan upacara Tabuik berlangsung melalui serangkaian tahapan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Dimulai dengan pembuatan replika usungan jenazah yang dihias dengan berbagai ornamen tradisional. Prosesi ini kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan keliling kota yang diikuti ribuan warga.
Sepanjang arak-arakan, suasana khidmat berpadu dengan kemeriahan bunyi-bunyian tradisional yang mengiringi langkah para pembawa tabuik. Puncak ritual Tabuik ditandai dengan prosesi melepaskan usungan ke laut.
Momen yang penuh makna ini melambangkan kepasrahan sekaligus penghormatan terhadap nilai-nilai keagamaan dan adat istiadat. Seiring berjalannya waktu, tradisi Tabuik berkembang sebagai daya tarik wisata budaya yang mengundang decak kagum wisatawan dari berbagai penjuru.
2. Balimau
Tradisi Balimau menjadi ritual pembersihan diri yang dinantikan masyarakat Minangkabau menjelang bulan suci Ramadan. Mandi balimau yang berarti mandi dengan menggunakan jeruk nipis atau limau.
Ritual ini diyakini sebagai simbol penyucian lahir dan batin sebelum menjalankan ibadah puasa. Kegiatan ini mencerminkan kearifan lokal masyarakat Minang dalam memadukan unsur budaya dengan nilai-nilai keagamaan.
Di tepian sungai atau yang dalam bahasa setempat disebut Lubuak, warga berkumpul untuk melaksanakan ritual mandi bersama. Air sungai yang jernih dipercaya memiliki keberkahan tersendiri.
Sementara limau yang digunakan melambangkan kesucian dan keharuman. Suasana kebersamaan dan sukacita terasa kental saat masyarakat dari berbagai lapisan berbaur dalam tradisi ini.
3. Makan Barapat
Makan Barapat atau yang juga dikenal dengan Makan Bajamba adalah tradisi makan bersama yang mencerminkan keunikan budaya Minangkabau. Tradisi yang merupakan hasil akulturasi budaya Minang dengan Islam ini menjadi simbol kebersamaan dan persaudaraan yang kuat dalam masyarakat.
Pelaksanaannya yang rutin digelar pada hari-hari besar Islam dan upacara adat. Hal ini memperlihatkan harmonisasi sempurna antara nilai agama dan adat istiadat.
Dalam pelaksanaannya, Makan Bajamba memiliki tata cara khusus yang sarat makna. Hidangan disajikan di atas seprah atau kain panjang, dengan para peserta duduk melingkar berkelompok yang biasanya terdiri dari empat orang. Setiap kelompok akan berbagi hidangan dari satu piring besar yang sama.
Hal ini melambangkan kebersamaan dan kesetaraan. Hidangan yang disajikan pun merupakan masakan khas Minang terbaik, menunjukkan penghargaan terhadap tamu dan sesama.
Penulis: Ade Yofi Faidzun