Kenali, Perbedaan Penentuan Awal Ramadan Metode Hisab dan Rukyat

Menjelang bulan Ramadan tedapat beberapa metode penentuan awal puasa yang biasa dilakukan di Indonesia yaitu metode hisab dan rukyat.

oleh Natasa Kumalasah Putri Diperbarui 18 Feb 2025, 15:00 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2025, 15:00 WIB
Tentukan 1 Syawal, Kemenag Gelar Sidang Isbat Petang Nanti
Ilustrasi petugas sedang mengamati posisi hilal sebagai penentu puasa Ramadan. (Antara Foto)... Selengkapnya

Liputan6.com, Bandung - Umat muslim di seluruh dunia sebentar lagi akan menyambut bulan Ramadan yang dikenal sebagai bulan suci penuh berkah dan ampunan. Pada bulan tersebut umat Muslim bisa menjalankan berbagai amalan baik yang dapat berlipat ganda selama sebulan penuh.

Selain itu, ketika bulan Ramadan tidak hanya menjalankan ibadah puasa tetapi juga jadi momen sempurna untuk meningkatkan ibadah dan memperbanyak amal kebaikan. Adapun dalam menentukan awal Ramadan biasanya melalui metode tertentu.

Misalnya di Indonesia, penentuan awal Ramadan biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama dan mengadakan pertemuan resmi berupa sidang isbat untuk menentukan kapan awal puasa Ramadan.

Sementara itu, pada gelaran puasa Ramadan tahun ini pemerintah akan menggelar sidang isbat yang dijadwalkan untuk digelar pada Jumat, 28 Februari 2025. Pelaksanaan sidangnya akan dipimpin oleh Menteri Agama (Menag RI), Nasaruddin Umar.

Penentuannya juga tidak dilakukan secara sembarangan tetapi merangkul sejumlah pihak seperti ulama, ahli astronomi, hingga menggunakan metode-metode yang bisa memastikan awal Ramadan bisa dipertanggungjawabkan.

Kemudian tidak jarang awal Ramadan di Indonesia sering kali mempunyai perbedaan karena metode yang dilakukan bisa berbeda di antaranya metode hisab dan rukyat. Berikut ini kenali apa itu metode hisab dan rukyat untuk memahami perbedaannya.

Promosi 1

Apa Itu Metode Hisab?

Ilustrasi buka puasa, sahur, Islami, Ramadan
Ilustrasi buka puasa, sahur, Islami, Ramadan. (Photo by Thirdman from Pexels)... Selengkapnya

Melansir dari situs Majelis Ulama Indonesia (MUI) metode hisab mempunyai arti metode “menghitung”. Maka dari itu penentuannya dilakukan dengan mengandalkan hitungan falak atau ilmu astronomi.

Selain itu, hasil dari perhitungannya akan digunakan untuk memastikan wujud dari hilal. Penggunaan metode hisab tidak perlu dilakukan lagi dengan melihat hilal secara langsung tetapi cukup dengan menggunakan perhitungan sistematis.

Adapun di Indonesia, Muhammadiyah menjadi salah satu organisasi yang dikenal dengan menggunakan metode hisab dalam menentukan awal Ramadan. Sementara itu, alasan Muhammadiyah menggunakan metode ini karena mengacu pada Surah Ar-Rahman ayat 5 dan Surah Yunus ayat 5.

Apa Itu Metode Rukyat?

[Bintang] Jadwal Sholat, Imsakiyah dan Buka Puasa Hari ke-2, 18 Mei 2018
Biar nggak telat, ini jadwal sholat, imsakiyah dan buka puasa hari ke-2, 18 Mei 2018. (Ilustrasi: AboutIslam.net)... Selengkapnya

Mengutip dari NU Online metode rukyat adalah salah satu cara penentuan awal Ramadan yang memiliki arti “melihat”. Maka dari itu proses penentuannya dilakukan dengan melihat hilal atau bulan baru secara langsung menggunakan mata kepala atau bantuan teropong.

Sebagai informasi, hilal dilakukan untuk menentukan awal bulan baru yang meliputi lengkungan bulan sabit paling tipis yang ada pada ketinggian rendah. Posisi hilalnya berada di atas ufuk barat setelah matahari terbenam dan harus dapat diamati.

Kemudian ketika mengamati hilal menggunakan metode rukyat terdapat tiga cara yang umumnya dilakukan. Cara pertama dengan mata telanjang, kedua dengan alat bantuan seperti teleskop, dan ketiga alat optik termutakhir yang terhubung dengan sensor atau kamera.

Anjuran untuk menggunakan metode rukyat juga disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari berikut:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قَالَ قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُبِّيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ

Artinya : “Nabi SAW bersabda, atau Abul Qasim SAW telah bersabda, “Berpuasalah kalian dengan melihat (hilal) yang berbukalah dengan melihatnya pula. Apabila kalian terhalang oleh awan (mendung), maka sempurnakanlah jumlah bilangan hari bulan Syakban menjadi tiga puluh” (HR Bukhari).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya