Wall Street Perkasa Dipicu Rilis PDB AS

Bursa saham AS menguat di akhir pekan menyusul hasil revisi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) AS dan kericuhan politik di Ukraina.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 01 Mar 2014, 09:02 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2014, 09:02 WIB
tutup-wall-street-131227c.jpg

Liputan6.com, Jakarta Bursa saham Amerika Serikat (AS) menguat di akhir pekan menyusul hasil revisi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional dan kericuhan politik di Ukraina. Harga sebagian besar saham AS tercatat meningkat hingga menyentuh level tertinggi pada perdagangan Jumat (Sabtu pagi).

Seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (1/3/2014) indeks saham Dow Jones ditutup menguat 49,06 poin atau 0,3% ke level 16.321,71. Indeks saham S&P 500 juga menguat 5,16 poin atau 0,28% ke level 1.859,45. Sementara indeks saham Nasdaq melemah 10,814 poin atau 0,25% ke level 4.308,119.

Departemen Perdagangan AS melaporkan, PDB negaranya pada kuartal IV-2014 terkoreksi menjadi 2,4%, menurun tajam dari laju pertumbuhan sebesar 3,2% pada Januari. Meski demikian laju kegiatan bisnis di Midwest AS masih memperlihatkan penguatan tipis pada Februari dan melampaui ekspektasi para analis.

Sementara itu, kontrak kepemilikan rumah baru di AS juga tercatat naik pada Januari setelah sempat diterpa cuaca ekstrim pada akhir 2013. Indeks sentimen konsumen juga bergerak menguat pada Februari meskipun survei Reuters menunjukkan kekhawatiran akan cuaca ekstrim masih tinggi.

"Jutaan pertanyaan melayang tentang seberapa besar kerugian yang dialami karena hantaman cuaca ekstrim dan seberapa besar pelemahan ekonomi yang dialami karena faktor tersebut," ungkap pakar strategi investasi di PNC Wealth Management Bill Stone.

Dia menjelaskan, para pelaku pasar terus meyakini cuaca ekstrim sebagai dalang dari semua perlambatan ekonomi yang terjadi.

"Kami  percaya akan itu, tapi kami harus tahu berapa kerugian ekonomi negara karenanya," ujar Stone.

Sementara pakar strategi investasi global di TIAA-CREF, Daniel Moris melihat adanya pergerakan yang variatif di pasar modal saat ini.

"Saham-saham perusahaan melompat naik dan turun. Tapi kami sangat optimis dan percaya pada pasar saham," tuturnya.


Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya