Jokowi Effect Bikin IHSG Bertenaga Hingga ke 5.100

Pelaku pasar merespons positif hasil pemilihan umum yang berjalan aman sehingga indeks saham menembus level terbaru pada 2014.

oleh Agustina Melani diperbarui 10 Jul 2014, 10:55 WIB
Diterbitkan 10 Jul 2014, 10:55 WIB
Ilustrasi IHSG
Ilustrasi IHSG

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor dalam sejarah pasar modal Indonesia pada 2014. Laju IHSG menembus level 5.100.

Pada pembukaan perdagangan saham, Kamis (10/7/2014), IHSG naik 85 poin ke level 5.109,61. IHSG berada di level tertinggi 5.165,41 dan level terendah 5.097,41. Penguatan indeks saham ini ditopang dari 148 saham menguat. Sementara itu, 111 saham melemah. Sedangkan 57 saham diam di tempat.

Melihat gerak IHSG dari 2013, IHSG sempat mencetak rekor tertinggi ditutup di level 5.204,97 pada 20 Mei 2013. Ini level tertinggi di pasar modal Indonesia. Hari ini, IHSG kembali menembus level 5.100.

Kepala Riset PT Universal Broker, Satrio Utomo menuturkan, IHSG memang bergerak reli tetapi sangat berat. Laju IHSG bergerak reli itu karena berdasarkan perhitungan cepat calon presiden urut nomor dua Joko Widodo dan calon wakil presiden Jusuf Kalla ada di posisi atas. Selama ini calon presiden urut nomor dua Joko Widodo cenderung diterima pasar.

"IHSG reli karena kemenangan Joko Widodo. Akan tetapi pasar sangat berhati-hati dalam menyikapinya," ujar Satrio saat dihubungi Liputan6.com.

Menurut Satrio, dua calon presiden yang mengklaim kemenangan dapat menimbulkan konflik. Sehingga pelaku pasar cenderung berhati-hati. Hal ini terlihat dari indeks saham naik sekitar 1,84 persen.

Sedangkan Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su melihat, pelaku pasar tidak terlalu mempedulikan hasil perhitungan cepat yang membuat salah satu pasangan calon Presiden mengklaim kemenangannya. Hal ini dilihat dari respons pelaku pasar sehingga IHSG dapat melaju kencang pada hari ini.

Meski demikian,  dengan kondisi seperti ini Satrio menyarankan, pelaku pasar untuk mengambil untung terlebih dahulu. Hal itu mengingat indeks saham naik tajam.

Berdasarkan data RTI pukul 10.16 WIB, total frekuensi perdagangan saham mencapai 133.184 kali dengan volume perdagangan saham mencapai 3,25 miliar saham. Nilai transaksi harian saham mencapai Rp 6,32 triliun.

Secara sektoral, sepuluh sektor saham menguat pada hari ini. Sektor saham keuangan naik 3,06 persen, sektor saham industri dasar mendaki 3,01 persen, dan sektor saham konstruksi menguat 2,8 persen.

Satrio mengatakan, penguatan sektor saham keuangan dan industri dasar itu karena pelaku pasar asing cenderung melakukan aksi beli di saham perbankan seperti PT Bank Mandiri Tbk dan PT Astra International Tbk (ASII).

Banyak lembaga survei yang mengumumkan hasil perhitungan cepatnya. Dari 11 lembaga survei, tujuh mengumumkan hasil perhitungan cepat yang dimenangkan oleh Jokowi-JK. Sementara empat lainnya mengumumkan Prabowo Hatta yang unggul dalam pemilihan Presiden pada 2014.

Hingga Kapan IHSG Dapat Bertahan di Level 5.000?

IHSG JELANG PEMILU
IHSG JELANG PEMILU (Antara Foto)

Hingga Kapan IHSG Dapat Bertahan di Level 5.000?

Meski indeks saham sudah tembus 5.100, penguatan indeks saham hanya sementara saja.  Pelaku pasar akan cenderung kembali melihat fundamental ekonomi Indonesia.

"Kalau dilihat Jokowi Effect hanya dua hari. Bila IHSG bertahan di 5.100 hingga penutupan maka indeks saham dapat menguat hingga besok," kata Satrio.

Dalam riset PT Bahana Securities menyebutkan, IHSG dapat menuju ke level 5.600 dalam 12 bulan. Hal itu sejalan dengan proyeksi pertumbuhan earning per share (EPS) sekitar 12 persen. "Hasil pemilihan umum dipandang sebagai keuntungan untuk pergerakan indeks saham," tulis riset PT Bahana Securities.

Selain itu, pihaknya mengharapkan Bank Indonesia (BI) dapat menaikkan suku bunga acuan sekitar 25 basis poin dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan kenaikan suku bunga The Fed.

Sedangkan dalam riset PT Danareksa Sekuritas menilai, jika indeks saham mampu menghadapi aksi ambil untung di atas 4.980 maka level 5.200 dapat diraih dengan mudah. Menurut riset itu, ada dua skenario yang mungkin akan terjadi terkait IHSG.

Pertama, indeks saham akan menguat seiring selesainya pemilihan umum Presiden. Kedua, indeks saham akan turun karena harga sudah price-in dan sudah tidak ada bahan ekspektasi pasar.

"Banyak perhatian pasar akan tercurah pada kondisi ekonomi pasca pemilu dengan pemerintahan baru bukan lagi kepada siapa yang memenangkan pemilihan umum," tulis riset PT Danareksa Sekuritas.

Sebelumnya IHSG sempat menguat 3,2 persen ke level 4.878 pada 14 Maret 2014. Hal itu seiring partai Demokrasi Indonesi Perjuangan (PDIP) mengusung Joko Widodo sebagai calon presiden. (Ahm/Igw)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya