Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah tajam pada perdagangan saham Senin 27 Juli 2015. IHSG turun sebanyak 85,31 poin atau 1,76 persen ke level 4.771,28. Kondisi kinerja IHSG pun semakin tidak baik.
Secara year to date atau dari awal tahun hingga penutupan perdagangan saham kemarin, kinerja IHSG susut 8,72 persen. Akan tetapi, analis optimistis IHSG dapat kembali menembus level 5.000 hingga akhir tahun 2015. Analis PT MNC Securities, Sharlita Lutfiah Malik mengatakan IHSG akan bergerak sampai level 5.300. "Paling tinggi 5.300-5.200," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (28/7/2015).
Baca Juga
Akan tetapi, Lutfiah mengakui proyeksi tersebut di bawah target sebelumnya 5.500. Dia mengatakan, lantaran indeks saham tertekan oleh perkiraan perekonomian global juga domestik yang melambat.
Advertisement
"GDP sedang turun, tingkat konsumsi dengan ada momen seperti kemarin Ramadan ini malah minus 14 persen, penjualan mobil juga," ujar Lutfiah.
Untuk langkah antipasi, dia menyarankan para investor mengakumulasi saham unggulan untuk investasi jangka panjang. Sebaliknya, Analis PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee lebih optimistis. Dia mengatakan IHSG masih mampu mencapai level 5.600 sampai akhir tahun.
"Setelah kepastian Fed Rate/suku bunga Amerika Serikat, maka dana asing akan kembali ke emerging market termasuk Indonesia," kata Hans.
Hal itu ditambah dengan realisasi belanja pemerintah yang banyak turun di semester II. "Belanja pemerintah membawa sentimen positif IHSG," tutur Hans.
Pihaknya menyarankan, untuk investasi jangka panjang mengakumulasi saham-saham sektor perbankan dan konstruksi. Sementara, untuk jangka pendek dia meminta pelaku pasar menahan diri hingga kondisi pasar relatif stabil.
Sementara itu, Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su mengatakan, laporan kinerja emiten di kuartal II 2015 tak sesuai harapan telah berdampak negatif ke IHSG. Sentimen negatif tak hanya dari rilis laporan kinerja namun juga dari nilai tukar rupiah melemah ditambah bursa saham China anjlok 8 persen di awal pekan ini.
"Sentimen rencana kenaikan suku bunga Amerika Serikat juga mempengaruhi laju IHSG," kata Harry.
Akan tetapi, IHSG masih berpeluang naik dalam jangka panjang. Hal itu dapat terjadi bila proyek pemerintah berjalan lancar. Harry pun merevisi target IHSG menjadi 5.000 pada akhir 2015.
Sektor Saham Jadi Pilihan Saat IHSG Tertekan
Rekomendasi saham
Sharlita masih meyakini, sektor saham keuangan terutama bank masih menjadi primadona dalam jangka panjang. Dia merekomendasi saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PTÂ Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN).
Sementara Hans merekomendasikan tiga sektor untuk diakumulasi jangka panjang. Sektor keuangan, Hans memilih PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
Sektor infrastruktur, Hans menyarankan saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) untuk jadi pertimbangan pelaku pasar.
Terakhir, dia menunjuk sektor konstruksi PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Waskita Karya Tbk (WSKT), PT PP Tbk (PTPP), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON).
Sedangkan Harry mengatakan, pelaku pasar juga dapat beralih memilih sektor saham defensif dan telekomunikasi melihat tekanan IHSG. IHSG kemungkinan masih melanjutkan tekanan pada pekan depan. (Amd/Ahm)
Advertisement