Investor Khawatir Kinerja Emiten, IHSG Turun ke Level 4.771

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 85,31 poin menjadi ke level 4.771,28 pada penutupan perdagangan saham Senin pekan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 27 Jul 2015, 16:16 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2015, 16:16 WIB
Sempat Pecahkan Rekor, IHSG Kini Anjlok
IHSG ditutup terkoreksi tajam 0,94% ke 5.197,12 pada perdagangan Selasa (9/9/14), setelah sempat ditutup di rekor tertinggi baru 5.246,48 pada Senin. (Liputan6.com/Miftahul Hayat)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah bertahan di zona merah pada perdagangan saham di awal pekan. Bahkan IHSG turun 1 persen lebih, dan hal ini mengikuti bursa saham Asia cenderung tertekan seiring bursa saham China melemah.

Pada penutupan perdagangan saham, Senin (27/7/2015), IHSG turun 85,31 poin (1,76 persen) ke level 4.771,28. Indeks saham LQ45 melemah 2,4 persen ke level 8080,52. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah pada hari ini.

Ada sebanyak 214 saham tertekan sehingga mendorong IHSG tetap di zona merah. Sedangkan 75 saham menghijau. Adapun 71 saham lainnya diam di tempat.

IHSG sempat berada di level tertinggi 4.848,70 dan terendah 4.771,28 pada hari ini. Transaksi perdagangan saham pun tidak terlalu ramai. Total frekuensi perdagangan saham hanya sekitar 171.860 kali dengan volume perdagangan saham 4,46 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 4,57 triliun. Secara sektoral, sepuluh sektor saham kompak di zona merah.

Sektor saham industri dasar memimpin pelemahan sektor saham, dengan turun 3,85 persen. Disusul sektor saham perkebunan anjlok 2,96 persen, dan sektor saham keuangan tergelincir 2,14 persen.

Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 600 miliar. Hal ini juga berdampak negatif ke bursa saham. Ditambah pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 600 miliar.

Saham-saham yang mencatatkan untung dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham lapis kedua dan ketiga yaitu saham PNBN naik 8,25 persen ke level Rp 1.050 per saham, saham SRIL mendaki 4,45 persen ke level Rp 446 per saham, dan saham MIKA naik 1,14 persen ke level Rp 23.500 per saham.

Sedangkan saham-saham berkapitalisasi besar mencatatkan tekanan paling tajam. Saham BMRI turun 4,5 persen ke level Rp 9.550 per saham, saham SMGR tergelincir 8,69 persen ke level Rp 10.250 per saham, dan saham ASII merosot 3,38 persen ke level Rp 6.425 per saham.

Bursa saham Asia melemah juga dinilai turut menyeret IHSG ke zona merah. Indeks saham Nikkei turun 0,95 persen ke level 20.350, indeks saham Hong Kong Hang Seng melemah 3,09 persen ke level 24.351, dan indeks saham Singapura tergelincir 1,13 persen ke level 3.314,76.

Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan sentimen negatif baik dari dalam dan luar negeri menekan IHSG. Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu faktornya. Berdasarkan data RTI, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.477 per dolar AS. Tekanan tersebut juga ditambah dari prediksi laporan keuangan di kuartal II 2015 memburuk.

"Di pasar spot rupiah sekitar 13.500. Investor asing juga melakukan aksi jual karena melihat kondisi laporan kinerja emiten yang kurang baik. Tekanan ini cukup wajar bila melihat sentimen negatif," ujar David saat dihubungi Liputan6.com. (Ahm/Gdn)

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya