Liputan6.com, Jakarta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Selasa ini. IHSG dibuka naik 1,56% atau 102 poin menjadi 6.471,24. Hal yang sama juga terjadi pada Indeks LQ45 yang naik 1,62% menjadi 6.466,35.
Seluruh sektor saham pembentuk IHSG menguat paling besar adalah sektor energi yang mencapai 2,46%. Bangkitnya IHSG usai memerah beberapa waktu terakhir setelah muncul statement Presiden AS Donald Trump yang menunda kebijakan tarif timbal balik terhadap lebih dari 75 negara kecuali China selama 90 hari.
Baca Juga
Pakar Ekonomi dan Keuangan Panji Irawan menyebut lonjakan juga dipicu oleh sikap Presiden RI Prabowo Subianto dalam menanggapi kebijakan tarif impor baru Trump.
Advertisement
Kemudian, langkah Prabowo dalam mengkonsolidasi dan mengkomunikasikan strategi, program dan inisiatifnya kepada masyarakat juga telah membuat investor lebih yakin terhadap eksekusinya dalam 6 bulan ini.
“Adapun inisiatif menjelaskan strategi dan eksekusinya secara langsung dan holistik, plus dihadiri komponen kunci penyelenggara negara sebagaimana dilakukan pada 8 April 2025 terbukti efektif menormalisir dinamika pasar modal da memberi pemahaman utuh kepada investors,” tegas Panji dikutip Selasa (15/4/2025).
Menurutnya, Prabowo telah membuat keputusan yang tepat dengan mengirim tiga menterinya ke AS untuk negosiasi tarif impor Trump.
Selanjutnya membuka komunikasi dengan negara-negara lain, mulai dari berdialog dengan Perdana Menteri Malaysia. Dan dilanjutkan dengan menemui pimpinan-pimpinan negara di Timur Tengah mulai dwri Presiden Turki, Presiden Mesir, hingga Raja Yordania.
Panji menyebut langkah tersebut dapat membuka potensi kerja sama dagang yang lebih luas lagi.
“The good thing is, pemerintahan Prabowo memiliki inisiatif membangun yang diracik sesuai dengan strength dan opportunity di masyarakat dan negara. Ekspansi diperlukan agar RI terus tumbuh,” tuturnya.
Negara Tujuan
Langkah selanjutnya, pemerintah Indonesia harus mencari negara tujuan baru untuk memperluas jangkauan ekspor. Panji berpandangan, ekspansi ekspor harus dilakukan sebagai upaya antisipasi kesulitan ekspor ke negara yang memasang tarif tinggi seperti yang dilakukan AS saat ini.
“Kolaborasi antar otoritas moneter, fiskal dan jasa keuangan untuk menggarap peta potensi alternatif ekspor yang dapat dimanfaatkan eksportir dan pemerintah (a/l Kemendag, Kemenlu) untuk mendapatkan alternatif tujuan ekspor baru,” tutur Panji.
Ia menekankan, pemerintah perlu konsisten mengoptimalkan devisa ekspor yang dihasilkan antara lain untuk memperkuat cadangan devisa RI.
Advertisement
Pasar Perbankan
Kemudian, Panji menyarankan Bank Indonesia perlu mendekatkan diri dengan pasar khususnya perbankan, untuk matching transaksi valas antara eksportir dan importir.
“Mapping pelaku pasar valas dan potensi volume transaksi valas (buyer dan seller), secara historis sudah ada polanya sehingga dapat dikelola. Policy DHE dan instrumen penempatannya dapat didesign atraktif,” tutur Panji.
Dalam krisis global ini, ia menekankan perlunya inisiatif pragmatis dan kerja sama secara kompak antara pemerintah dan swasta agar dapat lolos dari krisis. Sehingga dapat menciptakan maupun mendapat kesempatan kerja sama bisnis secara lingkup domestik dan global.
