Kekhawatiran Ekonomi China Tekan Wall Street

Indeks saham Dow Jones turun 49,97 poin atau 0,29 persen menjadi 17.081 didorong kekhawatiran ekonomi China dan aksi jual.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Okt 2015, 04:30 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2015, 04:30 WIB
Bursa Saham AS 1
(Foto: Istimewa)

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada perdagangan saham Selasa (Rabu pagi WIB) dipicu kekhawatiran baru terhadap perlambatan ekonomi China. Aksi jual di saham bioteknologi pun menyeret bursa saham AS tertekan.

Indeks saham Dow Jones melemah 49,97 poin atau 0,29 persen menjadi 17.081,89. Diikuti indeks saham S&P 500 susut 13,77 poin atau 0,68 persen ke level 2.003,69. Indeks saham Nasdaq tergelincir 42,03 poin atau 0,87 persen ke level 4.796,61.

Pelemahan indeks saham acuan ini juga dipicu dari saham bioteknologi yang tertekan sehingga menyeret indeks saham Nasdaq dan S&P 500 lebih rendah. Indeks saham Nasdaq bioteknologi melemah 3,2 persen.

Diikuti indeks saham sektor saham perawatan kesehatan S&P 500 merosot 1,2 persen.Kekhawatiran terhadap laporan keuangan kinerja kuartal III telah membebani bursa saham.

Berdasarkan data Thomson Reuters, perusahaan masuk S&P 500, labanya  turun hampir lima persen, dan ini penurunan terbesar dalam enam tahun."Ada kegelisahan sedikit tentang laporan keuangan yang akan dilihat selama beberapa minggu," kata John Carey, Manajer Portofolio di Pioneer Investment Management, seperti dikutip dari laman Bloomberg, Rabu (14/10/2015).

Ia mengatakan, situasi global akan terus membebani pelaku pasar, apalagi dengan harga komoditas semakin melemah. Dengan tidak adanya data ekonomi kuat maka pelaku pasar masih hati-hati.

"Pelaku pasar juga menunggu bank sentral Amerika Serikat memutuskan untuk menaikkan suku bunga atau tidak," kata dia.

Pada pekan ini, sejumlah perusahaan merilis laporan keuangan yaitu Goldman Sachs, Bank of America, dan General Electric. Volume perdagangan saham mencapai 6,1 miliar saham di bursa saham Amerika Serikat. Angka ini di bawah rata-rata sekitar 7,5 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir. (Ahm/Igw)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya