Liputan6.com, Jakarta - Target pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2 persen-5,3 persen diharapkan dapat mendorong pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2016.
Sejumlah analis yakin kinerja pertumbuhan IHSG akan lebih baik pada 2016 ketimbang 2015. Ada sejumlah faktor mendorong pertumbuhan IHSG di tahun depan.
Analis PT BNI Securities, Thendra Crisnanda menuturkan, harapan makro ekonomi tumbuh lebih baik di kisaran 5,2 persen pada 2016 dapat mendorong kinerja emiten di pasar modal Indonesia. Pertumbuhan kinerja emiten diharapkan dapat mencapai 10-15 persen pada 2016.
Kepala Riset PT Bahana Securities Harry Su memprediksi, earning per share (EPS) atau laba per saham tumbuh 14 persen pada 2016. Hal itu mengingat pertumbuhan EPS turun menjadi 7,5 persen pada 2015.
Selain itu, volatilitas pergerakan nilai tukar rupiah juga cenderung berkurang sehingga dapat memberikan sentimen positif. Namun Harry menambahkan, dari sentimen internal seperti target penerimaan pajak, politik dan rupiah masih akan membebani IHSG.
Baca Juga
Kepala Riset PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve telah memberikan kepastian soal suku bunga dengan menaikkan suku bunga pada pertengahan Desember 2015.
Hal tersebut mengurangi ketidakpastian di pasar modal dan keuangan Indonesia. Alfred memprediksi, bank sentral AS hanya akan menaikkan suku bunganya mencapai 0,50-0,75 persen.
Meski demikian, ada sentimen eksternal yang menghambat laju pertumbuhan IHSG. Alfred mengatakan, ekonomi China diperkirakan melambat akan membebani pertumbuhan IHSG ke depan. Sedangkan ekonomi AS diperkirakan masih sesuai jalur pada 2016.
"Ekonomi China terjadi perlambatan dengan prediksi pertumbuhan ekonomi di bawah 7,9 persen juga menjadi katalis negatif bagi bursa saham global. Kecuali memang pertumbuhan ekonominya di atas 8 persen itu jadi sentimen positif," jelas Alfred saat dihubungi Liputan6.com, Senin (4/1/2016).
Ia menambahkan, kebijakan bank sentral Eropa juga menjadi fokus pelaku pasar pada Oktober 2016. Hal itu lantaran bank sentral Eropa akan memutuskan stimulus moneternya apakah dilanjutkan atau dihentikan.
Harry menilai, perang mata uang terutama langkah pemerintah China terhadap kebijakan mata uangnya juga akan menganggu pertumbuhan kinerja IHSG.
Walau sentimen eksternal dan internal mewarnai laju IHSG ke depan, Thendra yakin pasar modal Indonesia masih menjadi pilihan bagi investor asing. Aksi jual investor asing mencapai Rp 22 triliun sepanjang 2015, Thendra menilai aksi jual investor asing hanya sementara. "Minat investor asing terhadap Indonesia masih tinggi. Hal itu juga dilihat dari foreign direct invesment (FDI) ke Indonesia," kata Thendra.
Target IHSG
Dengan melihat kondisi tersebut, Thendra mengatakan, pihaknya menargetkan IHSG akan mencapai target 5.950 pada 2016. Alfred memprediksi, IHSG akan sentuh level 5.400-5.550. Sedangkan Harry meramal IHSG hanya mencapai target 5.100 di tahun depan.
Ada pun sektor saham yang masih menjadi pilihan analis antara lain sektor saham konstruksi, perbankan, dan infrastruktur. Sektor saham itu menjadi pilihan lantaran proyek infrastruktur pemerintah yang masih berlanjut pada tahun depan.
Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung fluktuatif sepanjang 2015. IHSG sempat sentuh level tertinggi sepanjang sejarah di kisaran 5.500. Akan tetapi, sentimen negatif eksternal telah menyeret IHSG harus kembali ke level 4.600. Sentimen tersebut karena kebijakan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat dan ekonomi China dan domestik melambat. (Ahm/Igw)
Advertisement
Â
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6