Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) dengan indeks Patokan Dow Jones Industrial Averange (DJIA) membukukan kinerja harian terbaik sepanjang tahun ini.
Penguatan Wall Street terjadi karena investor melakukan aksi beli di tengah tekanan di bursa saham China, volatilitas harga minyak dan juga keluarnya beberapa laporan keuangan emiten. Selain itu, pelaku pasar juga sedang menungggu kebijakan yang akan dihasilkan dalam Bank Sentral AS (The Fed) di rapat perdana pada 2016 ini.
Baca Juga
Mengutip Bloomberg, Rabu (27/1/2016), Dow Jones industrial Averange (DJIA) naik 282,01 poin atau 1,78 persen ke level 16.167,23. Indeks S&P 500 juga naik 26,55 poin atau 1,41 persen ke 1.903,63. Sedangkan Nasdaq naik 49,18 poin atau 1,09 persen menuju 4.567,67.
Beberapa analis melihat, jika melihat kondisi ekonomi global saat ini, The Fed diharapkan menahan suku bunga acuan pada pertemuan pertama di tahun ini. Hal tersebut mengokohkan sinyal yang telah dikeluarkan oleh Bank Sentral Eropa bahwa mereka akan kembali mengeluarkan stimulus di tahun ini.
Saat ini, kondisi ekonomi China sedang bergejolak di mana mata uang yuan dan juga bursa saham di negara tersebut terus tertekan meningkatkan kekhawatiran dari pelaku pasar bahwa otoritas China akan mengeluarkan kebijakan yang bakal mempengaruhi dunia.
Secara jangka pendek, pelaku pasar saat ini lebih menjalankan aksi dengan berpegang kepada hasil laporan keuangan beberapa emiten yang telah keluar. Sejauh ini sebagian besar yang telah mengumumkan mampu membukukan laba di atas perkiraan.
"Kami melihat ada sedikit angin segar sehingga membantu menutupi apa yang sedang terjadi di luar negeri sana," jelas Bill Schultz, Kepala Investasi McQueen, Ball & Associates Inc, Bethlehem, Pennsylvania, AS.
Ia melanjutkan, kemungkinan besar secara perlahan harga minyak akan kembali naik dan The Fed akan menahan suku bunga di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. (Gdn/Nrm)