Data Ekonomi Dorong Penguatan Wall Street

Dow Jones Industrial Averange (DJIA) menguat 107,66 poin atau 0,61 persen ke angka 17.792,75.

oleh Arthur Gideon diperbarui 02 Apr 2016, 04:45 WIB
Diterbitkan 02 Apr 2016, 04:45 WIB
Wall Street Tumbang Dipicu Saham AIG dan Twitter
Bursa saham Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Selasa (Rabu pagi).

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street Menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta) pekan ini. Penguatan Wall Street terjadi karena membaiknya data tenaga kerja dan juga data sektor manufaktur yang mendorong keyakinan bahwa ekonomi AS akan tumbuh sesuai harapan.

Mengutip Wall Street Journal, Sabtu (2/4/2016), Dow Jones Industrial Averange (DJIA) menguat 107,66 poin atau 0,61 persen ke angka 17.792,75. S&P 500 naik 13,04 poin atau 0,63 persen ke angka 2.072,78. Nasdaq menguat 44,70 poin atau 0,92 persen ke angka 4.914,54. 

Penguatan ini cukup menggembirakan bagi pelaku pasar karena sejak awal tahun Wall Street cukup tertekan karena adanya kekhawatiran bahwa ekonomi AS bisa menuju resesi karena pengaruh global. Namun dalam beberapa pekan terakhir Wall Street kembali menguat karena data-data yang ada menunjukkan bahwa ekonomi AS bisa bertahan dari terpaan global.

Untuk Maret kemarin, data tenaga kerja AS dan juga data aktivitas manufaktur di AS untuk pertama kalinya menunjukkan pertumbuhan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Departemen tenaga Kerja AS, nonfarm payrolls naik 215 ribu pada Maret kemarin. Sementara tingkat pengangguran naik tipis menjadi 5 persen.

"Data yang ada ini sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelaku pasar," jelas Presiden Wells Fargo Investment Institute Darrell Cronk.

Ia melanjutkan, Di tahun lalu, semua orang membicarakan bahwa 2016 merupakan waktunya Amerika Serikat keluar dari resesi. Di awal tahun ini keyakinan tersebut belum terlihat jelas. Baru kali ini data-data yang ada menunjukkan bahwa apa yang diyakini oleh pelaku pasar pada tahun kemarin telah terjadi.

Namun memang, ada beberapa sektor yang masih belum bisa pulih dengan baik. Salah satunya adalah sektor energi. Penurunan harga minyak sejak dua tahun lalu terus menekan saham-saham di sektor energi sehingga masih menjadi beban di beberapa indeks acuan. (Gdn/Ndw)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya