Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bervariasi dengan kecenderungan melemah pada perdagangan saham sesi pertama pada Senin (15/8/2016). Penurunan IHSG di tengah sentimen surplus neraca perdagangan US$ 598,3 juta pada Juli 2016.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin pekan ini, [IHSG](IHSG "") turun 1,18 persen atau 63,50 poin ke level 5.313,68. Indeks saham LQ45 melemah 1,15 persen ke level 910,96. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Ada sebanyak 247 saham merosot sehingga membuat IHSG berbalik arah ke zona merah. Sedangkan 57 saham menguat dan 70 saham diam di tempat.
IHSG sempat berada di level tertinggi 5.396,94 dan terendah 5.308,49. Total frekuensi perdagangan saham mencapai 144.385 kali dengan volume perdagangan 4,5 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 2,9 triliun.
Baca Juga
Investor asing mencatatkan aksi beli sekitar Rp 81,19 miliar di seluruh pasar. Dolar Amerika Serikat pun berada di kisaran Rp 13.110.
Secara sektoral, 10 sektor saham tertekan. Sektor saham infrastruktur turun 2,06 persen, dan membukukan penurunan terbesar. Disusul sektor saham konstruksi melemah 2 persen dan sektor saham perkebunan melemah 1,42 persen.
Saham-saham yang catatkan penguatan terbesar antara lain saham AIMS naik 30,29 persen ke level Rp 228 per saham, saham AKKU mendaki 26,60 persen ke level Rp 238 per saham, dan saham NIKL menanjak 23,08 persen ke level Rp 800 per saham.
Sedangkan saham-saham tertekan antara lain saham LCGP melemah 10 persen ke level Rp 126 per saham, saham NAGA tergelincir 10 persen ke level Rp 198 per saham, dan saham SUGI susut 9,95 persen ke level Rp 172 per saham.
Bursa Asia bervariasi pada Senin pekan ini. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,90 persen ke level 22.970,12. Indeks saham Shanghai menanjak 2,74 persen ke level 3.134, dan membukukan penguatan terbesar, dan saham Singapura menanjak 0,10 persen ke level 2.870.
Selain itu, indeks saham Jepang Nikkei merosot 0,15 persen ke level 16.882,35 dan indeks saham Taiwan tergelincir 0,13 persen ke level 9.139.
Sebelumnya Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan sebesar US$ 598,3 juta di Juli 2016. Realisasi ini lebih rendah dibanding pencapaian surplus pada Juni lalu yang sebesar US$ 900,2 juta. Penyebabnya karena melemahnya kinerja ekspor dan impor Indonesia ke negara lain.
Kepala BPS Suryamin mengungkapkan, surplus perdagangan pada bulan ketujuh ini mencapai US$ 598,3 juta, ditopang dari nilai ekspor yang masih lebih tinggi sebesar US$ 9,51 miliar dibanding impor senilai US$ 8,92 miliar.
"Surplus di Juli US$ 598,3 juta lebih rendah dibanding Juli di 2015 sebesar US$ 1,38 miliar. Tapi kalau di 2013 dan 2014 yang mengalami defisit US$ 2,3 miliar dan defisit US$ 269 juta, perolehan Juli ini lebih tinggi," ujar dia.
Sementara surplus sepanjang Januari-Juli, kata Suryamin, mencapai US$ 4,17 miliar karena ekspor US$ 79,88 miliar lebih tinggi dibanding impor di periode sama US$ 74,91 miliar. Data BPS menunjukkan pada Januari-Juli 2015, realisasinya surplus US$ 5,86 miliar, lalu defisit US$ 1,09 miliar, defisit lagi US$ 5,67 miliar dan surplus US$ 240,6 juta di 2012. (Ahm/Ndw)
Advertisement