Saham Unggulan Merosot, IHSG Koreksi Tipis dalam Sepekan

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun dari 5.272 pada 13 Januari 2017 menjadi 5.254 pada 20 Januari 2017.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Jan 2017, 09:36 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2017, 09:36 WIB

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot pada perdagangan saham sepekan periode 13 Januari-20 Januari 2017. Tekanan terjadi lantaran saham-saham unggulan yang merosot.

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, seperti ditulis Sabtu (21/1/2017), IHSG turun sekitar 0,34 persen dari level 5.272 pada 13 Januari 2017 menjadi 5.254 pada 20 Januari 2017. IHSG merosot didorong dari saham-saham unggulan. "Kami melihat ada perpindahan rotasi saham pada pekan kedua ini," tulis laporan tersebut.

Selain itu, investor asing juga masih melakukan aksi jual sekitar Rp 438 miliar pada pekan ini. Pada pekan ini, ada sejumlah sentimen yang berdampak ke IHSG baik eksternal dan internal.

Dari eksternal, indeks saham global cenderung tertekan jelang pelantikan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Indeks saham Dow Jones turun 0,8 persen sejak Jumat lalu. Indeks ukur kekhawatiran investor atau VIX melonjak 5,8 persen seiring pernyataan Trump soal dolar AS.

Rilis data ekonomi AS pun cukup baik. Ini ditunjukkan dari inflasi tercatat sesuai harapan dengan naik 2,1 persen secara year on year (YoY). Pimpinan bank sentral AS Janet Yellen menuturkan, pihaknya akan melihat inflasi dan data tenaga kerja untuk menaikkan suku bunga.

Dari Eropa, pimpinan bank sentral Eropa Mario Draghi menyatakan Jerman dapat tenang seiring bank sentral Eropa terus mendorong stimulus untuk zona Euro. Ia mengatakan, kenaikan inflasi juga akan mendorong kenaikan suku bunga. Bank sentral Eropa tetap pertahankan suku bunga.

Selain itu, proses Inggris keluar dari Uni Eropa atau Britain Exit (Brexit) menjadi perhatian pelaku pasar. Perdana Menteri Inggris Theresa May menyatakan Inggris akan meninggalkan zona euro. Hal ini juga dapat mendorong Inggris untuk menciptakan kekuatan baru untuk memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan negara lain.

Selain itu, dari Asia, China melanjutkan untuk menjual surat berharga AS, dan membeli yuan. Dalam satu tahun ini, China telah menjual sekitar US$ 215 miliar surat berharga AS.

Sedangkan dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) pun mempertahankan 7 day reverse repo rate di 4,75 persen. Ini sesuai harapan pasar. BI juga lebih yakin terhadap ekonomi global dan harga komoditas lebih baik.

Permintaan obligasi pemerintah Indonesia juga diminati oleh investor. Ini ditunjukkan dari permintaan catat rekor mencapai Rp 54 triliun.

Untuk sektor saham yang menjadi perhatian pasar yaitu sektor perkebunan. Di antara sektor saham lainnya, sektor saham perkebunan telah naik sekitar 4,8 persen dalam dua pekan ini. Harga crude palm oil (CPO) naik tiga persen mendorong kenaikan sektor saham perkebunan.

Bagi Indonesia, kenaikan harga komoditas dalam satu tahun ini mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal itu mengingat komoditas menjadi andalan Indonesia.

Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi melihat, sejumlah sentimen baik eksternal dan internal akan bayangi laju IHSG. Dari eksternal, ada rilis data survei kinerja manufaktur Jepang, dan negara-negara zona Eropa serta indeks keseluruhan aktivitas industri.

Dari AS akan keluar rilis data pertumbuhan ekonomi. Data ini guna memproyeksi kelayakan menghadapi peningkatan lanjutan biaya pinjaman di AS. Dari sentimen dalam negeri, pekan depan hanya akan ada data penjualan mobil, penanaman modal asing dan uang beredar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya