Liputan6.com, New York - Wall Street tertekan pada penutupan perdagangan di awal pekan ini. Saham-saham di sektor teknologi terutama saham Apple menjadi pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut.
Mengutip Reuters, Selasa (13/6/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 36,3 poin atau 0,17 persen menjadi 21.235,67. S&P 500 kehilangan 2,38 poin atau 0,10 persen menjadi 2.429,39. Sedangkan Nasdaq Composite melemah 32,45 poin atau 0,52 persen menjadi 6.175,47.
Wall Street tertekan karena pelemahan saham-saham di sektor teknologi terutama saham Apple. Pelemahan saham perusahaan yang dibangun oleh Steve Jobs ini mencapai 2,4 persen pada perdagangan di awal pekan ini melanjutkan penurunan dalam yang telah dicetak pada pekan lalu.
Advertisement
Salah satu penyebab pelemahan saham Apple setelah Mizuho Securities memangkas rekomendasi saham tersebut menjadi 'netral' dari sebelumnya adalah 'beli'. Menurut Mizuho Securities, harga saham Apple tidak tidak sesuai dengan kinerja fundamental perusahaan.
Baca Juga
Sektor teknologi dalam S&P 500 pada perdagangan Senin pekan ini turun 0,8 persen setelah mengalami pelemahan 2,7 persen pada Jumat lalu. Pelemahan ini merupakan pelemahan dua hari terbesar sejak awal tahun.
Sektor energi yang merupakan salah satu sektor dengan kinerja terburuk di tahun ini justru mampu membukukan kenaikan pada perdagangan di awal pekan ini. Pelemahan dari Wall Street mampu ditahan oleh kinerja saham-saham di sektor energi.
Kepala analis Wells Fargo Funds Management, Menomonee Falls, Wisconsin, AS, Brian Jacobsen, menjelaskan bahwa dia tidak terlalu khawatir dengan aksi jual saham-saham teknologi ini.
"Jika dilihat saat ini tidak dalam tahap koreksi besar-besaran. Jika data ekonomi yang ada buruk, itu justru lebih membuat khawatir," jelas dia.
"Risiko Resesi masih cukup rendah, jadi saya pikir aksi jual di sektor teknologi ini bukan pertanda yang buruk," tambah dia.
Jacobsen mengatakan bahwa dia belum akan melakukan aksi beli menjelang pertemuan Bank Sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang berakhir pada hari Rabu pekan ini. Menurutnya pertemuan tersebut merupakan risiko terbesar bagi Wall Street dalam waktu dekat.