Rupiah Tertekan, IHSG Sentuh Level Tertinggi di 5.939

Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.536 turut memengaruhi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Okt 2017, 16:11 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2017, 16:11 WIB
20170210- IHSG Ditutup Stagnan- Bursa Efek Indonesia-Jakarta- Angga Yuniar
Indeks sempat meraih level tertinggi di 5.399,99 dan terendah di 5.371,67 sepanjang perdagangan hari ini, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat berada di zona merah akhirnya berbalik arah ke zona hijau. Bahkan IHSG menembus rekor tertinggi baru di tengah aksi jual investor asing dan rupiah yang tertekan.

Pada penutupan perdagangan saham, Selasa (3/10/2017), IHSG naik 25,42 poin atau 0,43 persen ke posisi 5.939,45. Level IHSG itu tertinggi sepanjang sejarah. Sebelumnya, level IHSG tertinggi di 5.914.

Indeks saham LQ45 menguat 0,51 persen ke posisi 989,79. Seluruh indeks saham acuan menghijau.

Ada 167 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau, sedangkan 165 saham melemah dan 114 saham diam di tempat. IHSG sempat berada di level tertinggi 5.953,47 dan terendah 5.899,53.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 302.065 kali dengan volume perdagangan saham 8,2 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 6 triliun. Investor asing melakukan aksi jual Rp 211,98 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat berada di posisi Rp 13.536.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menguat, kecuali sektor saham pertanian turun 1,14 persen dan sektor saham industri dasar melemah 0,20 persen. Adapun sektor tambang naik 1,5 persen dan mencatatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri menguat 0,81 persen dan sektor saham perdagangan menanjak 0,66 persen.

Saham-saham yang menguat antara lain saham BCIP naik 34,62 persen ke posisi Rp 105, saham AKSI menanjak 24,75 persen ke posisi Rp 630, dan saham ASJT melonjak 24,51 persen ke posisi Rp 635 per saham.

Saham-saham yang cetak top losers, antara lain saham MFMI susut 19,47 persen ke posisi Rp 765, saham TALF tergelincir 9,73 persen ke posisi Rp 334, dan saham OKAS melemah 9,14 persen ke posisi Rp 318 per saham.

Bursa saham Asia bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 2,25 persen, dan mencatatkan penguatan terbesar di bursa Asia. Indeks saham Jepang Nikkei mendaki 1,05 persen, dan indeks saham Taiwan menguat 0,04 persen, sedangkan indeks saham Singapura melemah 0,65 persen.

Analis PT Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, menuturkan, saat ini belum banyak sentimen memengaruhi IHSG. Pergerakan IHSG masih melanjutkan penguatan di tengah banyak sentimen negatif, menurut Reza, didorong dari bursa saham Asia.

"Bursa Asia positif imbangin sentimen negatif dari opsi jual investor asing dan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," ujar Reza, saat dihubungi Liputan6.com.

Reza menuturkan, tekanan rupiah dipicu dari sentimen eksternal. Catalonia menggelar referendum untuk memutuskan apakah tetap bersama Spanyol atau tidak berimbas ke euro. "Euro alami pelemahan sehingga berdampak ke rupiah. Sentimen inflasi September juga tidak banyak membantu," kata Reza.

Reza menambahkan, investor asing terus melakukan aksi jual menekan IHSG. Reza menilai, ada gejolak di pasar saham mendorong investor asing masuk ke pasar surat utang negara (SUN).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya