Pertemuan Pemimpin Dua Korea Tertunda, Bursa Asia Melemah

Bursa saham Asia jatuh pada awal perdagangan saham Rabu pekan ini seiring pemerintahan Korut membatalkan pembicaraan dengan Korsel.

oleh Agustina Melani diperbarui 16 Mei 2018, 09:00 WIB
Diterbitkan 16 Mei 2018, 09:00 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia jatuh pada awal perdagangan saham Rabu pekan ini. Hal itu dipicu pemerintahan Korea Utara (Korut) menunda pembicaraan dengan pemerintahan Korea Selatan (Korsel).

Pembatalan itu menimbulkan pertanyaan dari rencana KTT AS-Korea Utara. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun yang melonjak juga menekan bursa Asia.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang yang merupakan indeks saham acuan melemah 0,1 persen. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,4 persen. Indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,3 persen. Indeks saham Selandia Baru merosot 1,4 persen, sedangkan indeks saham Australia menguat 0,1 persen.

Rilis data penjualan ritel Amerika Serikat (AS) dan aktivitas pabrik mendorong lonjakan imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun ke posisi 3,09 persen. Imbal hasil itu tertinggi sejak Juli 2011. Imbal hasil obligasi meningkat dan membebani bursa saham AS. Indeks saham Dow Jones melemah 193 poin ke posisi 24.706.

Bursa saham Asia juga dapat tekanan usai Korea Utara membatalkan pembicaraan dengan Korea Selatan. Bahkan Korea Utara mengejek latihan militer antara Korea Selatan dan AS.

Ini juga timbulkan kekhawatiran tentang KTT yang direncanakan antara Presiden AS Donald Trump dan Pimpinan Korea Utara Kim Jong Un yang dijadwalkan pada Juni.

“Ini akan membebani para penerima manfaat rekonstruksi Korea yang telah memiliki dukungan kuat untuk perdamaian. Serta harapan reunifikasi baru-baru ini,” tulis laporan Analis JP Morgan seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (16/5/2018).

Ia menambahkan, risiko menjadi lebih luas di kawasan tersebut jika pembicaraan gagal. Trump tidak lagi merasa perlu menjaga China.

 

Selanjutnya

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Di pasar komoditas, harga minyak menguat usai AS memberikan sanksi kepada Iran. Hal itu dapat membatasi ekspor dari produsen.

Harga minyak Amerika Serikat (AS) melemah 0,6 persen ke posisi USD 70,92 per barel usai capai level tertinggi USD 71,92, yang merupakan level tertinggi sejak November 2004.

Harga minyak Brent naik 20 sen atau 0,3 persen menjadi USD 78,43 per barel, usai capai level tertinggi USD 79,47 per barel. Dolar AS cenderung mendatar terhadap yen di posisi 110,29.

Indeks dolar AS pun menguat terhadap mata uang asing lainnya. Indeks dolar AS menguat 0,05 persen ke posisi 93,27. Harga emas menguat ke posisi USD 1.293,11 per ounce.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya