Bursa Saham Asia Menguat Ikuti Jejak Wall Street

Bursa saham Asia diperdagangkan menguat pada pembukaan hari ini (11/5/2018)

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 11 Mei 2018, 08:45 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2018, 08:45 WIB
Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia diperdagangkan menguat pada pembukaan hari ini (11/5/2018). Pencapaian tersebut mengekor wall street yang mencatat kenaikan selama enam hari berturut-turut dengan dukungan beberapa sentimen positif.

Dilansir dari CNBC, indeks saham Nikkei Jepang menanjak 0,68 persen dan indeks saham Topix melaju 0,55 persen. Sektor saham material melemah, namun berhasil diimbangi kenaikan sektor saham teknologi dan keuangan.

Sementara indeks saham Kospi Korea Selatan bergerak naik 0,55 persen. Ditopang penguatan signifikan pada saham sektor teknologi dan otomotif, seperti Samsung Electronics yang melesat 0,78 persen.

Melongok indeks saham S&P/ASX 200 Sydney pun menguat tipis 0,25 persen di tengah pelemahan di sektor saham keuangan yang diperdagangkan lebih rendah 0,29 persen.

Sementara itu, bursa saham Malaysia libur menyusul kemenangan Mahathir Mohamad sebagai Perdana Menteri Malaysia baru pada pemilihan umum (pemilu) baru-baru ini.

Penguatan bursa saham Asia pagi ini mengikuti jejak wall street dengan seluruh indeks utama mencetak keuntungan. Faktor pendorongnya, yakni data realisasi inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan.

Inflasi AS naik 0,2 persen pada April 2018 atau lebih rendah dari ekspetasi para ekonom 0,3 persen. Capaian ini meredakan kekhawatiran investor tentang kebijakan pengetatan moneter oleh The Fed.

Pelaku pasar memandang, Bank Sentral AS tidak akan terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya tahun ini.

Kondisi geopolitik di Timur Tengah masih menjadi fokus investor. Harga minyak bergerak mendatar di tengah kekhawatiran investor atas dampak dari sanksi baru AS, yakni ekspor minyak Iran. Presiden AS Donald Trump juga telah menarik diri dari perjanjikan nuklir Iran.

Di komoditas minyak, Analis Bank of America Merrill Lynch memprediksi harga minyak mentah Brent bisa menjulang hingga USD 100 per barel yang dipengaruhi ketegangan geopolitik.

Pada perdagangan Kamis, harga minyak West Texas Intermediate AS naik 0,18 persen ke posisi USD 71,49 per barel. Sedangkan harga minyak mentah Brent berjangka naik 0,05 persen ke posisi USD 77,51 per barel.

Indeks dolar terhadap beberapa mata uang utama tergelincir setelah pengumuman data inflasi. Indeks dolar diperdagangkan 92,720 atau melemah setelah menyentuh level 93,42 pada awal pekan ini. Terhadap mata uang Yen Jepang, dolar AS diperdagangkan 109,51.

 

Wall Street Perkasa

Perdagangan Saham dan Bursa
Ilustrasi Foto Perdagangan Saham dan Bursa (iStockphoto)

Wall Street melonjak pada pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta) karena realisasi data inflasi Amerika Serikat (AS). Sementara nilai kapitalisasi pasar Apple mendekati USD 1 triliun.

Melansir Reuters, Jumat (11/5/2018), indeks saham Dow Jones Industrial Average menguat 0,8 persen ke level 24.739,53. Nasdaq Composite naik 0,89 persen ke level 7.404,98. Sementara indeks saham S&P 500 menanjak 0,94 persen ke level 2.723,07 atau level tertinggi sejak pertengahan Maret. Volume perdagangan di bursa saham AS tercatat sebanyak 6,7 miliar saham.

Lonjakan wall street didorong capaian Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat 0,2 persen pada April 2018. Realisasi tersebut lebih rendah dari ekspektasi para ekonomi karena peningkatan biaya untuk bahan bakar minyak (BBM) dan sewa akomodasi diimbangi dengan harga perawatan dan kesehatan yang bergerak moderat.

Inflasi inti yang tidak termasuk komponen makanan dan energi naik tipis 0,1 persen pada bulan keempat ini atau lebih lambat dari dua bulan sebelumnya.

Capaian inflasi tersebut meredakan kekhawatiran dari pelaku investor terhadap kenaikan suku bunga The Fed yang lebih cepat di tahun ini.

"Inflasi bergerak pada level yang tidak begitu mengkhawatirkan. Investor tenang bahwa The Fed tidak harus bergerak terlalu cepat (menaikkan suku bunga acuan)," kata Pedagang Ekuitas di Themis Trading, Mark Kepner.

Perusahaan teknologi raksasa, Apple berencana membeli kembali saham baru (buyback) senilai USD 100 miliar. Hal ini mendongkrak harga saham Apple sebesar 1,43 persen ke rekor tertinggi USD 190,04 sehingga mengangkat indeks saham S&P 500 karena lebih tinggi dari saham perusahaan lainnya. 

Dengan kenaikan 7 persen, produsen iPhone akan menjadi perusahaan pertama yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar USD 1 triliun.

Selain itu, keuntungan juga dicetak CenturyLink yang mencatatkan kenaikan saham 7,54 persen setelah mengumumkan laporan keuangan kuartal I-2018. Capaian itu sektor saham telekomunikasi yang melonjak 1,9 persen.

Saham AXA Equitable Holdings pun menguat 1,7 persen. Meskipun realisasi kurang dari target, namun penawaran saham perdana perusahaan asuransi itu merupakan yang terbesar di AS pada tahun ini.

Adapun saham-saham yang justru terhempas, L Brands yang anjlok 7,15 persen dan saham Holdings atau sebelumnya disebut Priceline melorot 4,74 persen.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya