Dana Asing Berpotensi Masuk Rp 21 Triliun ke Pasar Saham RI

Investor lokal dapat mencermati aliran dana investor asing yang masuk ke saham-saham kapitalisasi besar.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Apr 2019, 19:30 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2019, 19:30 WIB
Terjebak di Zona Merah, IHSG Ditutup Naik 3,34 Poin
Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Usai pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2019, aliran dana investor asing cukup deras masuk ke pasar saham Indonesia. Lalu bagaimana potensi aliran dana investor asing masuk ke pasar saham Indonesia pada 2019?

Berdasarkan data RTI, Kamis (18/4/2019), aliran dana investor asing mencapai Rp 1,41 triliun di pasar regular.

Total transaksi harian saham mencapai Rp 13,2 triliun. Aksi beli investor asing juga mendorong laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,40 persen atau 25,67 poin ke posisi 6.507,22.

Dalam laporan PT Ashmore Asset Management Indonesia disebutkan potensi aliran dana investor asing masuk ke pasar saham usai pemilu 2019 dapat mencapai USD 1 miliar-USD 1,5 miliar. Angka itu sekitar Rp 14,04 triliun (asumsi kurs Rp 14.048 per dolar AS) hingga Rp 21,07 triliun.

Bila melihat data rata-rata aliran dana investor asing yang masuk pada tahun pemilu sekitar USD 2,2 miliar atau sekitar Rp 30,90 triliun.

Secara year to date (Ytd) 2019, aliran dana investor asing yang masuk sudah mencapai USD 1 miliar atau sekitar Rp 14,04 triliun.

Perusahaan manajer investasi ini menyebutkan kalau Pemilu 2019 di Indonesia menerima sentimen positif dengan masuknya aliran dana investor asing dan rekomendasi overweight (saham berpeluang menguat dan bisa melebihi indeks saham yang jadi patokan).

"Di India dan Thailand, aliran dana investor asing masuk sebelum pemilu. Kedua pasar itu diberikan rekomendasi underweight oleh mayoritas perusahaan sekuritas," tulis Ashmore.

Sementara itu, Analis PT Artha Sekuritas, Frederik Rasali menilai, pelaku pasar perlu mencermati aliran dana investor asing yang masuk ke saham-saham kapitalisasi besar.

Hal ini mengingat investor asing lebih memilih saham kapitalisasi besar karena lebih likuid pergerakan sahamnya dan tak terlalu berisiko.

Oleh karena itu, ia juga merekomendasikan kepada investor untuk mencari saham-saham BUMN berkapitalisasi yang masih undervalue.

 

 

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Dongkrak Saham Kapitalisasi Besar

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di bawah papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Perdagangan saham di penghujung tahun ini ditutup langsung Presiden Joko Widodo (Jokowi). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ashmore memperkirakan, tambahan aliran dana investor asing mencapai USD 1,2 miliar dapat mendorong valuasi IHSG tujuh persen. Ini berdasarkan analis pada Pemilu 2014. Rata-rata valuasi IHSG saat pemilu sekitar 16,8-17 kali. Saat ini valuasi IHSG sekitar 15,7 kali.

Ashmore menyebutkan, kalau potensi aliran dana investor asing yang masuk dapat mendongkrak saham-saham berkapitalisasi besar dan yang lesu. Akan tetapi, saham kapital kecil berpotensi menguat.

Ashmore pun merekomendasikan overweight untuk saham bank, bahan material, konstruksi, infrastruktur dan konsumsi.

Adapun sejumlah hal yang dapat dicermati usai Pemilu 2019 antara lain aliran dana investor asing, kebijakan pemerintah untuk menarik dana investor asing secara langsung ke sektor riil dan potensi suku bunga acuan turun pada semester II 2019.

 


DBS Naikkan Target IHSG Jadi 6.900

Akhir tahun 2017, IHSG Ditutup di Level 6.355,65 poin
Pekerja tengah melintas di dekat papan pergerakan IHSG usai penutupan perdagangan pasar modal 2017 di BEI, Jakarta, Jumat (29/12). Pada penutupan perdagangan saham, Jumat (29/12/2017), IHSG menguat 41,60 poin atau 0,66 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu, dalam laporan DBS group Research menyebutkan, hasil awal menunjukkan petahanan Presiden Joko Widodo (Jokowi) kemungkinan kembali memerintah untuk lima tahun setelah Pemilu 2019 pada 17 April 2019.

Selama masa jabatan keduanya, DBS mengharapkan stabilitas dan kelangsungan kebijakannya dengan menghilangkan overhang utama bagi pasar.

Equity Strategist DBS Group Research, Joanne Goh menuturkan, pemodal dapat ketahui apa yang bisa diharapkan berdasarkan atas rekam jejak periode pertama Jokowi.

"Pembangunan infrastruktur akan berlanjut, disertai rencana lebih fokus pada pengembangan sumber daya manusia,” tulis Joanne, dalam laporannya, Kamis pekan ini.

Penekanan lain adalah pemerataan kekayaan dan pengembangan desa di luar Jawa. Jokowi juga berencana melanjutkan reformasi birokrasi dan menarik lebih banyak penanaman modal ke bidang manufaktur. Ini untuk kurangi ketergantungan akan sumber daya alam dan mineral.

"Kami yakin pemodal akan memberikan tanggapan positif terhadap hasil pemilu itu. Selama masa jabatannya, Indonesia berhasil menaikkan peringkatnya menjadi peringkat investasi dan berhasil melalui krisis mata uang pasar negara berkembang dalam skala kecil pada 2018 tanpa menimbulkan banyak dampak negatif pada pertumbuhan serta sistem keuangan," tutur dia.

Ia menambahkan, IHSG diperingkat ulang selama masa jabatan Jokowi. Dalam pandangan DBS, peningkatan lebih lanjut dapat dilakukan.

"Kami menegaskan peringkat overweight kami untuk Indonesia, dan meningkatkan target IHSG kami dari 6.500 menjadi 6.900 berdasarkan atas perkiraan keuntungan 16 kali dalam 12 bulan ke depan,” tulis dia.

Adapun sektor yang akan mendapat manfaat selama masa jabatan baru Jokowi akan mencakup sektor infrastruktur seperti konstruksi, jalan tol dan semen.

"Kami juga memiliki pandangan positif untuk sektor properti industri, dengan asumsi Jokowi dapat meningkatkan investasi dan manufaktur," tulis dia.

"Perusahaan milik negara seperti di sektor energi dan perbankan, juga akan terus mendapat manfaat dari reformasi yang sedang berlangsung di kedua sektor itu," Joanne menambahkan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya