Genjot Peluang Bisnis, PTPP Gandeng Hyundai E&C

Ada MoU, PT PP dan Hyundai E&C memperkenalkan proyek konstruksi umum, EPC dan peluang investasi yang ada di Indonesia dan luar negeri.

oleh Agustina Melani diperbarui 20 Jun 2019, 12:32 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2019, 12:32 WIB
BUMN PP Raih Kontrak Baru Rp 10,9 Triliun Hingga Agustus
Manajemen PTPP Tbk optimistis kontrak baru Rp 24 triliun dapat tercapai pada akhir 2014. (Foto: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - PT PP (Persero) Tbk atau disebut PTPP gandeng PT Hyundai Engineering and Construction teken penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) terkait penjajakan kerja sama pada Rabu 19 Juni 2019 di kantor pusat perseroan.

Penandatanganan MoU itu merupakan acuan antara perseroan dan Hyundai E&C untuk mengeksplorasi peluang bisnis sebagai mitra strategis global dalam kerja sama antara kedua belah pihak. Selain itu untuk kepentingan bersama satu sama lain.

"Sinergi yang dilakukan oleh perseroan dan Hyundai E&C selaku dua perusahaan konstruksi dan investasi ini kami harapkan dapat memberikan hasil optimal bagi kedua belah pihak serta dapat menambah portofolio dari masing-masing perusahaan," tutur Direktur Operasi 3 PT PP Tbk, Abdul Haris dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti ditulis Kamis (20/6/2019).

Sebagai tindak lanjut dari penandatanganan MoU, kedua belah pihak akan saling memperkenalkan proyek konstruksi umum, EPC dan peluang investasi yang ada di Indonesia dan luar negeri termasuk proyek EPC, proyek infrastruktur, proyek bangunan dan yang lainnya.

Selain itu, kedua belah pihak akan mengeksplorasi dan mengevaluasi kemungkinan kerja sama dalam proyek dan bertukar informasi, dan data yang mungkin diperlukan secara wajar.

Dengan penandatanganan MoU, diharapkan akan tercipta sinergi usaha dengan prinsip saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

Hyundai E&C merupakan kontraktor EPC internasional yang sedang mencari mitra strategi global yang bertujuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif teknis dan komersial serta mempromosikan peluang bisnis di pasar konstruksi internasional terutama Indonesia.

Sementara itu, PT PP Tbk (PTPP) berminat untuk menjadi mitra bisnis jangka panjang dan bergabung dengan Hyundai E&C, perseroan telah memiliki sumber daya teknis, kemampuan finansial, keahliaan dan memiliki berbagai pengalaman di bidangnya.

Penandatanganan MoU itu diwakili oleh Abdul Haris Tatang selau Direktur Operasi 3 PT PP Tbk dan Sang-Hoon Seo selalu Executive Vice President of Procurement Dvision Hyundai E&C.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini

PT PP Garap Pembangunan Pabrik Smelter di Sulawesi Tenggara

(Foto: Liputan6.com/Septian Deny)
Smelter nikel di Konawe, Sulawesi Tenggara (Foto:Liputan6.com/Septian Deny)

Sebelumnya, PT PP (Persero) Tbk telah melakukan pendandatanganan kontrak pembangunan pabrik peleburan (smelter) berteknologi Rotary Kiln Electric Furnance (RKEF) dengan PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) selaku investor.

Direktur Operasi 3 PTPP, Abdul Haris Tatang mengatakan, dalam pembangunan proyek smelter ini, perseroan berperan sebagai kontraktor yang akanbertanggung jawab dalam penyelesaian proyek yang akan bekerjasama dengan partner konsorsium ENFI (BUMN China). PTPP optimistis dapat menyelesaikan proyek tersebut selama 24 bulan.

"Dengan keberhasilan Perseroan sebagai kontraktor EPC yang telah memiliki berbagai pengalaman dalam mengerjakan proyek-proyek pembangkit serta minyak dan gas, maka saat ini Perseroan mulai terjun ke area industri proses pengolahan mineral," ujar dia di Jakarta, Senin, 17 Juni 2019.

Haris menjelaskan, proyek pembangunan smelter feronikel yang berlokasi di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara ini akan menelan investasi Rp 4 triliun untuk tahap 1 dan akan dilanjutkan tahap berikutnya dengan nilai total investasi mencapai Rp 14,5 triliun.

Pabrik smelter yang memiliki total kapasitas sebesar 4x72 MVA ini ditargetkan akan dapat beroperasi pada 2021 dan nantinya diperkirakan akan memproduksi sekitar 229 ribu ton Feronikel (FeNi) setiap tahunnya dengan kadar nikel 22 persen-24 persen. Pembangunan pabrik Smelter ini menggunakan teknologi RKEF yang terdiri dari empat tanur listrik jenis rectangular dimana teknologi ini merupakan yang pertama di Indonesia.

Pembangunan smelter feronikel ini merupakan upaya yang dilakukan oleh PT CNI selaku perusahaan dalam negeri untuk dapat membantu meningkatkan devisa negara di sektor minerba. Selain itu, dengan beroperasinya pabrik smelter ini, penyerapan tenaga kerja di masyarakat sekitar dipastikan dapat membantu meningkatkan perekonomian.

 

Kontrak Baru April 2019

Sementara itu, Direktur Utama PTPP Lukman Hidayat menyatakan, hingga April 2019 ini, perseroan berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp10,57 triliun atau berhasil merealisasikan perolehan kontrak baru sebesar 21 persen dari total target yang ditetapkan oleh manajemen perseroan, yaitu sebesar Rp 50,30 triliun di 2019.

"Sehingga manajemen optimistis target kontrak baru tahun ini akan tercapai," ungkap dia.

Pencapaian kontrak baru sebesar Rp10,57 triliun tersebut terdiri dari kontrak baru Induk Perseroansebesar Rp 9,23 triliun dan anak perusahaan sebesar Rp1,34 triliun. Beberapa proyek yang berhasil diraih Perseroan sampai dengan April 2019, antara lain RDMP RU V Balikpapan Tahap II sebesar Rp 3,38 triliun, jalan tol Indrapura Kisaran (lanjutan) sebesar Rp 3 triliun.

Kemudian, Pesantren Mualimin Yogyakarta sebesar Rp 470 miliar, Runway Soetta Section 1 (pekerjaan tambah) sebesar Rp 455 miliar, kereta api Makassar Pare-Pare sebesar Rp 450 miliar, Sapras SPBU Rest Area sebesar Rp 334 miliar, RSUD Soreang sebesar Rp 269 miliar.

Hingga April 2019, perolehan kontrak baru dari BUMN mendominasi perolehan kontrak baruPerseroan dengan kontribusi sebesar 65,88 persen, disusul oleh swasta sebesar 25,04 persen dan Pemerintah (APBN) sebesar 9,08 persen dari total perolehan kontrak baru.

Sedangkan, perolehan kontrak baru berdasarkan jenis atau tipe pekerjaan, yaitu pembangkit listrik sebesar 33,70 persen, jalan dan jembatan sebesar 28,46 persen, gedung sebesar 24,58 persen, bandara sebesar 4,31 persen, jalur kereta api sebesar 4,26 persen, industri sebesar 3,06 persen dan irigasi sebesar 1,66 persen.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya