Liputan6.com, Jakarta - PT PP (Persero) Tbk telah melakukan pendandatanganan kontrak pembangunan pabrik peleburan (smelter) berteknologi Rotary Kiln Electric Furnance (RKEF) dengan PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) selaku investor.
Direktur Operasi 3 PTPP, Abdul Haris Tatang mengatakan, dalam pembangunan proyek smelter ini, perseroan berperan sebagai kontraktor yang akanbertanggung jawab dalam penyelesaian proyek yang akan bekerjasama dengan partner konsorsium ENFI (BUMN China). PTPP optimistis dapat menyelesaikan proyek tersebut selama 24 bulan.
"Dengan keberhasilan Perseroan sebagai kontraktor EPC yang telah memiliki berbagai pengalaman dalam mengerjakan proyek-proyek pembangkit serta minyak dan gas, maka saat ini Perseroan mulai terjun ke area industri proses pengolahan mineral," ujar dia di Jakarta, Senin (17/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Haris menjelaskan, proyek pembangunan smelter feronikel yang berlokasi di Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara ini akan menelan investasi Rp 4 triliun untuk tahap 1 dan akan dilanjutkan tahap berikutnya dengan nilai total investasi mencapai Rp 14,5 triliun.
Pabrik smelter yang memiliki total kapasitas sebesar 4x72 MVA ini ditargetkan akan dapat beroperasi pada 2021 dan nantinya diperkirakan akan memproduksi sekitar 229 ribu ton Feronikel (FeNi) setiap tahunnya dengan kadar nikel 22 persen-24 persen. Pembangunan pabrik Smelter ini menggunakan teknologi RKEF yang terdiri dari empat tanur listrik jenis rectangular dimana teknologi ini merupakan yang pertama di Indonesia.
Pembangunan smelter feronikel ini merupakan upaya yang dilakukan oleh PT CNI selaku perusahaan dalam negeri untuk dapat membantu meningkatkan devisa negara di sektor minerba. Selain itu, dengan beroperasinya pabrik smelter ini, penyerapan tenaga kerja di masyarakat sekitar dipastikan dapat membantu meningkatkan perekonomian.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kontrak Baru April 2019
Sementara itu, Direktur Utama PTPP Lukman Hidayat menyatakan, hingga April 2019 ini, perseroan berhasil membukukan kontrak baru sebesar Rp10,57 triliun atau berhasil merealisasikan perolehan kontrak baru sebesar 21 persen dari total target yang ditetapkan oleh manajemen perseroan, yaitu sebesar Rp 50,30 triliun di 2019.
"Sehingga manajemen optimistis target kontrak baru tahun ini akan tercapai," ungkap dia.
Pencapaian kontrak baru sebesar Rp10,57 triliun tersebut terdiri dari kontrak baru Induk Perseroansebesar Rp 9,23 triliun dan anak perusahaan sebesar Rp1,34 triliun. Beberapa proyek yang berhasil diraih Perseroan sampai dengan April 2019, antara lain RDMP RU V Balikpapan Tahap II sebesar Rp 3,38 triliun, jalan tol Indrapura Kisaran (lanjutan) sebesar Rp 3 triliun.
Kemudian, Pesantren Mualimin Yogyakarta sebesar Rp 470 miliar, Runway Soetta Section 1 (pekerjaan tambah) sebesar Rp 455 miliar, kereta api Makassar Pare-Pare sebesar Rp 450 miliar, Sapras SPBU Rest Area sebesar Rp 334 miliar, RSUD Soreang sebesar Rp 269 miliar.
Hingga April 2019, perolehan kontrak baru dari BUMN mendominasi perolehan kontrak baruPerseroan dengan kontribusi sebesar 65,88 persen, disusul oleh swasta sebesar 25,04 persen dan Pemerintah (APBN) sebesar 9,08 persen dari total perolehan kontrak baru. Sedangkan, perolehan kontrak baru berdasarkan jenis atau tipe pekerjaan, yaitu pembangkit listrik sebesar 33,70 persen, jalan dan jembatan sebesar 28,46 persen, gedung sebesar 24,58 persen, bandara sebesar 4,31 persen, jalur kereta api sebesar 4,26 persen, industri sebesar 3,06 persen dan irigasi sebesar 1,66 persen.
Advertisement
Biayai Proyek Infrastruktur, PTPP Terbitkan Surat Utang Rp 1 Triliun
PT PP (Persero) Tbk atau PTPP menawarkan produk keuangan Surat Berharga Perpetual (SBP) melalui Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) sebesar Rp 250 miliar. RDPT ini salah satunya untuk membiayai proyek infrastruktur.
Kehadiran produk ini bekerjasama dengan PT Ciptadana Asset Management selaku penerbit RDPT. Direktur Utama PTPP Tumiyana dalam keterangannya di Jakarta, Senin (23/4/2018), mengatakan jika dari sisi engineering, selama ini PTPP telah menjadi pionir dalam banyak hal di dalam dunia konstruksi Indonesia.
"Mulai dari sebagai kontraktor pembangunan high rise building pertama (Hotel Indonesia, 1962), jembatan cable-stayed antar Pulau (Jembatan Batam-Tonton, 1998), kemudian sebagai kontraktor pertama yang menerapkan ISO, juga sebagai kontraktor pertama yang menerapkan Green Construction sekaligus menjadi salah satu pendiri Green Council Building di Indonesia, sampai dengan menjadi pelopor dalam aplikasi Building Information Modelling (BIM)," ujar dia.Â
Dia menuturkan RDPT berbasis SBP ini merupakan terobosan keuangan untuk menjawab tantangan kebutuhan pendanaan infrastruktur yang berkelanjutan sekaligus sebagai produk keuangan alternatif bagi investor dana jangkapanjang di Indonesia sehingga PTPP menjadi pionir BUMN pertama yang memperkenalkan instrumen SBPkepada dunia investasi keuangan di Indonesia.
Instrumen SBP merupakan instrumen keuangan dengan fitur di antaranya, tidak memiliki jatuh tempo, tanpa jaminan, dan memiliki fleksibilitas untuk melaksanakan opsi beli.
Kontrak Baru PTPP Tembus Rp 9,5 Triliun di Kuartal I
PT PP (Persero) Tbk atau PTPP mencatat perolehan kontrak baru pada kuartal I tahun ini mencapai Rp 9,5 triliun. Angka ini meningkat 42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,7 triliun.
"Sampai Maret, perseroan telah merealisasikan perolehan kontrak baru sebesar 19 persen dari target Rp 49 triliun pada 2018," kata Direktur Utama PTPP Tumiyana.
Kontrak baru dari BUMN mendominasi perolehan kontrak baru perseroan, dengan kontribusi sebesar Rp 5,3 triliun atau 55,5 persen dari total kontrak baru. Kemudian disusul swasta sebesar Rp 3,6 triliun (37,5 persen) dan APBN sebesar Rp 661Â miliar (7,0 persen).
Sementara itu, dari tipe pekerjaan, yakni gedung (55,5 persen), bandara (20,2 persen) dan jalan serta jembatan (11,7 persen). Ini merupakan tiga besar kontributor utama dari portofolio kontrak baru Perseroan di Kuartal I 2018. Ketiganya memberi kontribusi sebesar 87,4 persen dari total kontrak baru.
Sisanya disumbangkan industri (6,1 persen), minyak bumi dan gas (4,9 persen), kereta api (0,9 persen) dan pembangkit tenaga listrik (0,7 persen).
Beberapa kontrak baru yang diperoleh pada Maret, di antaranya Hotel Mandalika Paramount sebesar Rp 850 miliar, Bandara Syamsudin Noor sebesar Rp 559 miliar, Access Road Cisokan sebesar Rp 387 miliar, ERIC Solid Waste Management Sidoarjo sebesar Rp 333 miliar dan ERIC Solid Management Malang sebesar Rp 238 miliar.
Advertisement