Dow Jones Melonjak 11 Persen, Terbaik Sejak 1933

Baik Dow Jones dan S&P 500 rebound dari level terendah sejak akhir 2016.

oleh Arthur Gideon diperbarui 25 Mar 2020, 08:20 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2020, 08:20 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street menghijau pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak dan mencatatkan hari terbaik dalam 87 tahun karena investor yakin bahwa parlemen akan menyetujui paket stimulus yang diajukan oleh pemerintah Donald Trump.

Saat ini ekonomi Amerika Serikat (AS) dan dunia memang tengah menghadapi tekanan yang besar karena adanya pandemi Corona. Pemerintah AS tengah mengajukan undang-undang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi demi menangkal dampak virus Corona.

Mengutip CNBC, Rabu (25/3/2020), Dow Jones ditutup naik 2.112,98 poin atau 11 persen ke level 20.704,91, membukukan persentase kenaikan satu hari terbesar sejak 1933.

Sedangkan S&P 500 menguat 9,4 persen menjadi 2.447,33 dan membukukan hari terbaik sejak Oktober 2008. Untuk Nasdaq Composite melonjak 8,1 persen menjadi 7.417,86, hari terbaik sejak 13 Maret.

Baik Dow Jones dan S&P 500 rebound dari level terendah sejak akhir 2016.

Pada negosiasi sebelumnya, pemerintah AS dengan parlemen AS belum mencapai kesepakatan. Pada Selasa sebagian besar pelaku pasar menumbuhkan optimisme bahwa kesepakatan akan terjadi.

"Dari sudut pandang pasar, rasanya seperti kita akan melihat sampai pada akhirnya," kata CEO Galaxy Digital Michael Novogratz. Ia pun mulai mengoleksi beberapa saham pada perdagangan Selasa.

Saham Chevron naik lebih dari 22 persen dan memimpin kenaikan pada indeks Dow Jones setelah CEO perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka tidak akan memotong dividen. Saham American Express dan Boeing juga menguat lebih dari 20 persen.

Sektor saham energi adalah membukukan kinerja terbaik di S&P 500 dengan melonjak 16,3 persen, sementara sektor industri dan keuangan masing-masing melonjak lebih dari 12 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Dow Jones Jatuh 900 Poin, Menutup Pekan Terburuk di Wall Street Sejak 2008

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, Wall Street kembali anjlok pada Penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Hal tersebut menutup pekan ini sebagai pergerakan saham paling bergejolak di tengah upaya investor bergulat dengan meningkatnya kekhawatiran atas pukulan ekonomi akibat virus corona.

Pada perdagangan akhir pekan ini, pergerakan saham berusaha untuk reli namun gagal.

Dikutip dari CNBC, (Sabtu 21/3/2020), Dow Jones Industrial Average ditutup turun 913,21 poin atau lebih dari 4 persen ke level 19.173,98 setelah mengumpulkan lebih dari 400 poin pada hari sebelumnya. S&P 500 turun 4,3 persen menjadi 2.304,92. Nasdaq Composite ditutup 3,8 persen lebih rendah pada 6.879,52 setelah melompat lebih dari 2 persen.

Dow turun lebih dari 17 persen untuk minggu ini menjadikan penurunan terbesar dalam sepekan sejak Oktober 2008, ketika turun 18,2 persen. 

 

S&P 500 anjlok dari 13 persen minggu hingga hari ini setelah turun 11,5 persen lagi minggu lalu. Nasdaq turun 12,6 persen. Baik S&P 500 dan Nasdaq juga memiliki kinerja mingguan terburuk sejak krisis keuangan 2008.

Sejumlah faktor menekan pasar pada Jumat, pembalikan harga minyak mentah dan penguatan dolar. Pergerakan harga membuat minyak mentah kehilangan setengah nilainya dalam sebulan dan mengarahkan investor untuk menjual aset di pasar lain.

"Pasar diperdagangkan lebih kepada emosi daripada data aktual. Itulah yang menyebabkan volatilitas," kata Sal Bruno, Kepala Investasi di IndexIQ.

Ronin Capital, sebuah perusahaan kliring di CME Group, tidak dapat memenuhi persyaratan modalnya. Hal tersebut membebani saham dalam dua jam terakhir perdagangan karena itu merupakan tanda lain dari tekanan terhadap beberapa perusahaan di tengah penurunan tajam di pasar.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya