Wall Street Tetap Menguat Meski Jumlah Pengangguran di AS Bertambah

Bursa saham AS menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB)

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 09 Mei 2020, 08:51 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2020, 08:46 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Ekspresi spesialis Michael Pistillo (kanan) saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Rabu (11/3/2020) sore waktu setempat setelah WHO menyebut virus corona COVID-19 sebagai pandemi. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham AS menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB) dan mencatat kenaikan kuat selama sepekan, setelah data rekor hilangnya pekerjaan akibat krisis Virus Corona  (COVID-19) sedikit lebih rendah daripada yang dikhawatirkan.

Seperti dikutip dari Antara, Sabtu (9/5/2020), Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak 455,43 poin atau 1,91 persen, menjadi ditutup di 24.331,32 poin. Indeks S&P 500 meningkat 48,61 poin atau 1,69 persen, menjadi berakhir di 2.929,80 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup bertambah 141,66 poin atau 1,58 persen, menjadi 9.121,32 poin.

Nasdaq membukukan kenaikan harian kelima beruntun, terpanjang sejak Desember 2019.

Semua 11 sektor utama S&P 500 menguat dengan sektor energi berakhir melonjak 4,34 persen melampaui sektor-sektor lainnya. Sektor industri dan material masing-masing terangkat sebesar 2,5 persen dan 2,4 persen, juga berada di antara yang berkinerja terbaik.

Sementara itu, Indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai pengukur rasa takut Wall Street, turun 3,46 poin menjadi 27,98, penutupan pertama di bawah 30 sejak 26 Februari.

Ekonomi AS kehilangan 20,5 juta pekerjaan pada April, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Jumat (8/5/2020). Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan daftar penggajian (payrolls) turun 22 juta, tetapi penurunan itu masih menandai kejatuhan paling tajam sejak Depresi Hebat.

"Sulit untuk menyebut laporan pekerjaan, yang merupakan hal yang ditunggu semua orang, apa pun kecuali bencana total, tetapi relatif terhadap ekspektasi Anda dapat melihat beberapa sisi terang di sana," kata Kepala Strategi Investasi Nuveen, Brian Nick, menunjuk pada sejumlah besar PHK sementara.

"Kecuali untuk kepanikan awal pada Maret, secara umum pasar mengabaikan sebagian besar data ekonomi dan lebih melihat data terkait COVID-19," kata Nick.

 

Suku Bunga Negatif

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)

Pasar keuangan pada Kamis (7/5/2020) mulai memperhitungkan lingkungan suku bunga negatif AS untuk pertama kalinya, ketika investor bergulat dengan konsekuensi ekonomi dari wabah Virus Corona baru (COVID-19).

Saham-saham telah melakukan rebound tajam sejak akhir Maret dari aksi jual Virus Corona, dibantu oleh stimulus moneter dan fiskal besar-besaran. Nasdaq yang padat teknologi pada Kamis (7/5/2020) menghapus penurunan 2020 dan menjadi positif untuk tahun ini.

Investor sekarang mengamati upaya sejumlah negara untuk memicu ekonomi mereka dengan mengurangi pembatasan yang diberlakukan untuk memerangi wabah tersebut.

"Orang-orang memperhatikan dengan seksama untuk melihat bagaimana proses pembukaan kembali ini bekerja," kata Kepala Strategi Pasar Truist/SunTrust Advisory Services, Keith Lerner.

"Pada batasnya, Anda mulai mendengar bisnis mengatakan bahwa segala sesuatu mulai terlihat lebih baik dari tingkat depresi."

Optimisme untuk pasar juga didorong oleh berita bahwa AS dan perwakilan perdagangan China membahas kesepakatan perdagangan Fase 1 mereka, dengan China mengatakan mereka setuju untuk meningkatkan atmosfer untuk penerapannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya