Pasar Saham AS Melesat Usai Trump Tunda Tarif Impor

Kenaikan pasar saham terjadi setelah pasar mengalami gejolak selama beberapa hari akibat kekhawatiran atas dampak tarif baru terhadap ekonomi AS dan global.

oleh Ilyas Istianur Praditya Diperbarui 11 Apr 2025, 20:19 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2025, 07:53 WIB
Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Steven Kaplan (tengah) saat bekerja dengan sesama pialang di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street anjlok karena investor menunggu langkah agresif pemerintah AS atas kejatuhan ekonomi akibat virus corona COVID-19. (AP Photo/Richard Drew)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Pasar saham Amerika Serikat melonjak tajam setelah Presiden Donald Trump mengumumkan penangguhan tarif impor tinggi terhadap sebagian besar negara mitra dagang. Sebagai gantinya, AS akan menerapkan tarif impor universal sebesar 10%. Namun, untuk produk dari China, Trump menegaskan bahwa tarif akan dinaikkan menjadi minimal 125% dan diberlakukan segera.

Gedung Putih menyatakan bahwa kebijakan tarif tinggi dibatalkan untuk negara-negara yang bersedia melakukan negosiasi dagang. Meski demikian, Trump tetap bersikeras meningkatkan tekanan terhadap China sebagai bagian dari strategi perdagangan globalnya.

Reli Besar Wall Street

Keputusan ini memicu reli besar di Wall Street. Indeks S&P 500 melonjak 9,5%, mencatatkan kenaikan harian tertinggi sejak krisis keuangan 2008.

Kenaikan ini terjadi setelah pasar mengalami gejolak selama beberapa hari akibat kekhawatiran atas dampak tarif baru terhadap ekonomi AS dan global.

Sebelumnya, kebijakan tarif yang diumumkan Trump telah mulai berlaku, termasuk terhadap Vietnam yang terkena tarif baru sebesar 46%. Pengumuman tersebut sempat membuat S&P anjlok lebih dari 10% dan memicu kekhawatiran akan ancaman resesi.

Menurut Paul Ashworth, Kepala Ekonom Amerika Utara di Capital Economics, pasar obligasi yang mulai melemah menjadi penentu bagi perubahan sikap Trump.

“Setelah pasar saham terpukul dan obligasi mulai tertekan, tidak butuh waktu lama bagi Trump untuk melunak,” katanya, dikutip dari BBC, Kamis (10/4/2025).

 

Dow Jones Melesat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)... Selengkapnya

Indeks Dow Jones ditutup naik lebih dari 7,8%, sedangkan Nasdaq melonjak lebih dari 12%. Saham perusahaan seperti Apple dan Nike—yang banyak memproduksi di Asia Tenggara—turut melonjak masing-masing 15% dan 11%.

Meski ada pemulihan, indeks utama AS masih lebih rendah dibanding sebelum pengumuman tarif. S&P 500 turun sekitar 3% dan telah merosot lebih dari 8% sejak awal tahun.

Tarif impor dari China, yang merupakan pemasok barang terbesar ketiga bagi AS, tetap menjadi tantangan. Berdasarkan data Asosiasi Pakaian dan Alas Kaki Amerika, China menyumbang 60% impor sepatu dan 36% pakaian pada Januari lalu.

Trump menyampaikan harapannya untuk menjalin kesepakatan dagang dengan China, serta membuka opsi pengecualian tarif bagi beberapa perusahaan. Namun, ia tetap berkomitmen terhadap tarif untuk sektor strategis seperti otomotif, baja, aluminium, hingga farmasi dan kayu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya