Aksi Demo Tak Kunjung Usai, IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG turun 0,03 persen sedangkan nilai rukar rupiah ditutup melemah tipis 7 poin.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Okt 2020, 16:45 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2020, 16:45 WIB
IHSG Merosot hingga Diberhentikan Sementara
Pergerakan saham pada layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/7/2020). IHSG pada perdagangan di BEI turun tajam karena pengumuman Gubernur DKI Anies Baswedan terkait dengan rencana penerapan PSBB secara ketat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun tipis 0,03 persen ke level 5.103,41 pada perdagangan Jumat ini. Nilai transaksi tercatat Rp 7,36 triliun dengan net sell asing mencapai Rp 464 miliar.

Sedangkan nilai rukar rupiah ditutup melemah tipis 7 poin. Padahal pada sesi pagi sempat melemah 40 point dan ditutup di level 14.697 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 14.690 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan IHSG dan rupiah ini dipicu aksi demonstrasi para mahasiswa di depan Istana Negara. Aksi unjuk rasa ini ditujukan untuk menolak Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja yang baru disahkan pada 5 Oktober 2020 lalu.

Ibrahim menilai sebenarnya wajar bila mahasiswa melakukan demonstrasi. Sebab dia menganggap pada mahasiswa belum memahami dengan baik makan regulasi tersebut.

"Karena para mahasiswa belum tahu tentang apa itu UU Omnibus Low Cipta Kerja yang sekarang sedang menjadi perbincangan diberbagai media baik nasional maupun Internasional," kata Ibrahim kepada wartawan, Jakarta, Jumat (16/10/2020).

Maka dia menyarankan agar Pemerintah terus melakukan sosialisasi tetang pentingnya UU Omnibus Low Cipta Kerja ini. Sebab Indonesia memiliki sumber daya alam yang kaya.

Sehingga diperlukan sebuah regulasi yang tidak tumpang tindih guna mendatangkan investor dari luar. Untuk itu, diperlukan ketentuan yang memudahkan investasi dan kepastian berusaha.

"Sangat disayangkan kalau UU Ciptaker baru lahir di era sekarang. Seharusnya, UU sapu jagat ini sudah mulai diterbitkan di era Presiden Soeharto," kata dia.

Alasannya, karena sistem perundang-undangan yang diakui bersifat sektoral. Namun masalah nasional yang dihadapi multi aspek, multi dimensi dan multi disiplin keilmuan.

"Dengan UU Omnibus Low Cipta kerja mampu menjamin harkat dan martabat masyarakat Indonesia lebih baik dari sebelumnya," kata dia.

Secara bersamaan Bank Dunia ikut juga ikut memberikan pendapat terkait UU Omnibus Low Cipta Kerja. Lembaga keuangan internasional ini menilai beleid sapu jagad tersebut merupakan upaya reformasi besar-besaran untuk menjadikan Indonesia lebih berdaya saing dan mendukung aspirasi jangka panjang bangsa untuk menjadi masyarakat yang sejahtera.

Penghapusan pembatasan yang berat pada investasi menandakan bahwa Indonesia terbuka untuk bisnis. Sehingga, beleid tersebut dinilai dapat membantu menarik investor, menciptakan lapangan kerja dan membantu Indonesia memerangi kemiskinan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


EKsternal

Dilanda Corona, IHSG Ditutup Melesat
Pekerja melintas di layar IHSG di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu dari sisi eksternal, terkoreksinya IHSG sore ini pengaruhi melonjaknya kasus baru Covid-19 di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat. Akibatnya Inggris dan Prancis kembali menerapkan pembatasan baru untuk mengekang penyebaran virus mulai Jumat.

Selain itu, Midwest Amerika Serikat juga mengalami lonjakan jumlah kasus Covid-19 karena suhu turun. Lonjakan kasus di kedua sisi Atlantik memicu kekhawatiran lockdown baru dan kekhawatiran atas dampak merugikan pada pemulihan ekonomi.

Data Universitas Johns Hopkins pada 16 Oktober 2020 mencatat ada lebih dari 7,9 juta kasus Covid-19 di Amerika Serikat dan lebih dari 38,8 juta kasus di seluruh dunia.

Sementara itu, Presiden Donald Trump pada hari Kamis menawarkan untuk menaikkan label harga pada paket USD 1,8 triliun yang dia usulkan pada awal minggu. Tawaran Trump ditolak oleh Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell, yang khawatir Partai Republik tidak akan menyetujui kenaikan harga.

"Menteri Keuangan Steven Mnuchin juga memberi tahu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nancy Pelosi pada hari yang sama bahwa Trump secara pribadi akan melobi untuk meminta Senat Republik yang enggan berada di balik kesepakatan apa pun yang dicapai," tutur Ibrahim.

Namun, investor terus meragukan kesepakatan yang terwujud sebelum pemilihan presiden 3 November ini. Mereka telah melihat perdagangan logam kuning dalam kisaran sempit untuk bulan Oktober.

Hal lainnya, pasar terus mengawasi menyusul permintaan Uni Eropa terkait Inggris yang menawarkan lebih banyak konsesi untuk mengamankan kesepakatan perdagangan atau bersiap untuk mengakhiri periode transisi pasca-Brexit yang tidak teratur selama tiga bulan. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan memberikan tanggapan pada hari Jumat, tetapi mengingat sikap garis kerasnya pada negosiasi yang mendorongnya ke tampuk kekuasaan, mundur akan menjadi rumit.

Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari. Tetapi kedua belah pihak menawar kesepakatan yang akan mengatur sekitar USD 900 miliar dalam perdagangan tahunan ketika keanggotaan informal berakhir pada 31 Desember.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya