2 Oktober 1996: Pesawat Aeroperu 603 Jatuh Dipicu Pita Perekat di Lubang Statis, Tak Ada yang Selamat

Badan pesawat Boeing 757 yang digunakan Aeroperu 603 dilaporkan telah terbelah dua.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 02 Okt 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2024, 06:00 WIB
Ilustrasi Pesawat Terbang
Ilustrasi kecalakaan pesawat jatuh Aeroperu 603. (Pixabay/qimono)

Liputan6.com, Lima - Sebuah pesawat jet Peru yang membawa 70 orang — termasuk empat orang Amerika — jatuh ke Samudra Pasifik Rabu 2 Oktober 1996 dini hari setelah pilot melaporkan sistem navigasinya telah gagal. Tidak ada tanda-tanda korban selamat dari pesawat jatuh tersebut.

Chicago Tribune melaporkan bahwa kapal patroli Angkatan Laut menemukan puing Boeing 757 40 mil sebelah barat Kota Ancon, Peru, Rabu pagi, kata Laksamana Jaime Monge, kepala operasi penyelamatan angkatan laut.

Badan pesawat dilaporkan telah terbelah dua.

Kabut tebal menghambat upaya untuk menemukan siapa pun yang mungkin masih hidup di perairan yang dingin itu, kata Jaime Monge.

Pejabat maskapai mengatakan sebagian besar penumpang dalam kecelakaan pesawat tersebut berasal dari negara-negara Amerika Latin.

Penerbangan Aeroperu 603 itu sejatinya terbang dari Miami, AS ke Lima, Peru dan sedang dalam perjalanan ke Santiago, Chile, ketika pilot mengatakan dia tidak lagi tahu di mana dia berada. Pesawat meninggalkan Lima pada Rabu pukul 12:42 dini hari, dan pilot melaporkan kegagalan mekanis lima menit kemudian, meminta untuk kembali ke Lima, kata pernyataan maskapai itu.

Mengutip simpleflying, pesawat itu dikirim baru dari Boeing pada tanggal 2 Desember 1992, ke Ansett Worldwide, yang kemudian menyewakannya ke Aeromexico, yang selanjutnya menyewakannya kembali ke Aeroperú pada tanggal 1 April 1995.

Adapun yang bertanggung jawab atas penerbangan tersebut adalah Kapten Eric Schreiber Ladrón de Guevara. Pilot berusia 58 tahun, yang telah memiliki 22.000 jam terbang, termasuk 1.520 jam terbang dengan Boeing 757. Sedangkan kopilot adalah Perwira Pertama David Fernández Revoredo yang berusia 42 tahun, dan memiliki 8.000 jam terbang, 719 jam di antaranya dengan Boeing 757.

Hasil Investigasi: Pita Perekat Lupa Dilepas dari Lubang Statis Pesawat Picu Kecelakaan

Ilustrasi pesawat
Ilustrasi pesawat. (Image by wirestock on Freepik)

Situs simpleflying melaporkan bahwa Commission of Accident Investigations (CAI) atau Komisi Investigasi Kecelakaan (CAI) dari Director General of Air Transport (DGAT) of Peru (Direktur Jenderal Transportasi Udara) Peru bertanggung jawab atas investigasi tersebut, dibantu oleh National Transportation Safety Board (NTSB) (Badan Keselamatan Transportasi Nasional).

Setelah meminta bantuan dalam pemulihan puing-puing, Angkatan Laut Amerika Serikat menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk memulihkan pesawat. Pita perekat telah dipasang di beberapa lubang statis pesawat di bagian bawah badan pesawat. Terungkap bahwa karyawan Aeroperu Eleuterio Chacaliaza lupa melepas pita perekat setelah mencuci dan memoles pesawat.

Lubang statis pesawat sangat penting bagi hampir semua instrumen penerbangan pesawat yang menyediakan informasi dasar seperti kecepatan udara dan ketinggian. Sebagian besar pesawat memiliki penutup lubang statis berwarna cerah yang unik untuk digunakan saat pesawat sedang dibersihkan atau disimpan dengan tulisan "lepaskan sebelum terbang". Sayangnya, Boeing 757 tidak memilikinya, dan karyawan Aeroperu menggunakan pita perekat untuk menutupi lubang statis.

Akibatnya, semua pembacaan yang dilihat pilot salah. Dalam laporan akhir, penyelidik menyimpulkan bahwa awak pesawat bingung dengan data yang saling bertentangan dan bahwa penerbangan di atas air pada malam hari tanpa referensi virtual menyebabkan kecelakaan pesawat.

Infografis 7 Insiden Fatal Pesawat Boeing
Infografis 7 Insiden Fatal Pesawat Boeing. (Liputan6.com/Putri Astrian Surahman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya