Wall Street Menguat, S&P 500 Kembali Cetak Rekor Tertinggi

S&P 500 ditutup naik tipis pada perdagangan Rabu, menambah rekor penutupan tertinggi dibandingkan perdagangan sebelumnya.

oleh Tira Santia diperbarui 03 Des 2020, 07:30 WIB
Diterbitkan 03 Des 2020, 06:30 WIB
Wall Street Tertekan Kena Imbas Krisis Yunani
Reaksi pasar negatif terhadap penyelesaian utang Yunani membuat indeks saham Dow Jones merosot 348,66 poin ke level 17.598.

Liputan6.com, Jakarta - S&P 500 ditutup naik tipis pada perdagangan Rabu, menambah rekor penutupan saham tertinggi dibandingkan perdagangan sebelumnya. Hal ini karena para investor mencerna perkembangan terbaru terkait putaran baru negosiasi stimulus fiskal AS.

S&P 500 menutup perdagangan dengan naik 0,2 persen menjadi 3.669,01. Dow Jones Industrial Average naik 59,87 poin atau 0,2 persen. Nasdaq Composite turun 0,1 persen menjadi 12.349,37. 

Ini menjadi rekor penutupan kedua berturut-turut untuk S&P 500. Nasdaq juga mencapai penutupan tertinggi sepanjang masa di sesi sebelumnya.

Energi dan keuangan menjadi sektor dengan performa terbaik di S&P 500, masing-masing naik 3,2 persen dan 1,1 persen. Saham Boeing memimpin Dow lebih tinggi dengan melonjak 5,1 persen. Namun, pop Boeing sedikit diimbangi oleh penurunan 8,5 persen di Salesforce setelah perusahaan cloud mengkonfirmasi akuisisi platform perpesanan Slack sebesar USD 27,7 miliar.

Ketua DPR Nancy Pelosi dan Pemimpin Minoritas Senat Chuck Schumer mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama Rabu bahwa RUU bipartisan yang diumumkan pada hari Selasa harus digunakan sebagai "dasar untuk negosiasi bipartisan, bikameral segera." Komentar tersebut mengangkat pasar pasar dari posisi terendah.

Pada hari Selasa, Pemimpin Mayoritas Senat Mitch McConnell menolak proposal senilai USD 908 miliar yang bertujuan untuk memecahkan kebuntuan atas stimulus baru di Kongres.

“Potensi stimulus fiskal dalam sesi bebek pincang memang tampaknya sedang meningkat, tetapi paket apa pun yang akan dipertimbangkan kemungkinan besar akan jauh lebih kecil daripada USD 1 triliun yang telah dibicarakan sebelum pemilihan,” kata Yousef Abbasi, Ahli Strategi Pasar Global di StoneX.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Saham Terus Menguat

Wall Street Anjlok Setelah Virus Corona Jadi Pandemi
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Saham menunjukkan bulan terbaiknya dalam lebih dari tiga dekade. Dow naik lebih dari 11 persen pada bulan November, mencatatkan kinerja satu bulan terbaiknya sejak Januari 1987. S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing naik 10,8 persen dan 11,8 persen, untuk kenaikan bulanan terkuat mereka sejak April.

Reli November didukung oleh berita positif vaksin Covid-19 dari beberapa perusahaan farmasi. Perkembangan tersebut mendorong investor menjadi saham yang bergantung pada pemulihan ekonomi yang kuat.

Investor mencerna lebih banyak berita vaksin Covid-19 yang positif pada perdagangan Rabu. Inggris mengizinkan vaksin Pfizer-BioNTech untuk digunakan, menandai langkah lain dalam pertempuran global melawan pandemi.

 


Infografis Protokol Kesehatan

Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik
Infografis Protokol Kesehatan Vaksin Terbaik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya